Awal bulan depan, India akan meresmikan kapal selam nuklir bagi angkatan lautnya. Disewa dari Rusia seharga sekitar 900 juta dolar, kapal selam itu akan memperkuat kemampuan tempur bawah laut India. Kapal selam itu juga akan membuat India sebagai negara keenam di dunia yang mengoperasikan kapal selam jenis itu.
Pembelian peralatan pertahanan canggih, seperti kapal perang dan pesawat tempur, mendorong India menjadi importir persenjataan terbesar di dunia.
Menurut Lembaga Kajian Perdamaian Internasional Stockholm, India membeli sekitar 10 persen dari persenjataan global antara 2007 dan 2011, melewati Tiongkok sebagai konsumen persenjataan terbesar.
Rahul Bedi yang bekerja pada jurnal Jane’s Defense Weekly di New Delhi mengatakan pembelian persenjataan India sebagian didorong oleh kebutuhan untuk memodernisir angkatan bersenjatanya, dan sebagian karena ambisinya agar bisa diperhitungkan oleh kekuatan-kekuatan regional atau bahkan dunia.

India akan meresmikan kapal selam nuklir, yang disewa dari Rusia seharga sekitar 900 juta dolar, bagi angkatan lautnya.
“Dalam 10 tahun terakhir, dengan perekonomian yang terus berkembang, India mencoba untuk memproyeksikan kekuatannya  bukan hanya di wilayah yang berdekatan, tetapi untuk menjadi kekuatan dunia, bukan hanya kekuatan regional. Jadi persenjataan yang dibeli India seperti pesawat tempur, pesawat pengintai maritim jarak jauh, pesawat angkutan berat, helikopter penyerang. Ini semua adalah untuk menunjukkan kekuatan yang bisa beroperasi jauh dari wilayahnya,” paparnya.
Selagi India bersiap-siap untuk membelanjakan sekitar 100 milyar dolar dalam 15 tahun mendatang untuk memperoleh sistem persenjataan baru, semua perusahaan senjata dunia berlomba-lomba membuka pabrik di India. Selama ini, Rusia tetap merupakan pemasok senjata terbesar bagi India, disusul Israel, Amerika, dan Prancis.
Para analis masalah pertahanan mengatakan India juga menjadi pengimpor besar senjata dunia karena tidak membangun industri pertahanan di negaranya sendiri. Sebaliknya, Tiongkok meningkatkan produksi senjata dalam dasawarsa terakhir, mengurangi ketergantungannya pada impor.
Tetapi India masih membeli lebih dari tiga perempat persenjataannya dari luar luar negeri. Para pakar mengatakan upaya baru-baru ini untuk mengembangkan industri pertahanan domestik hanya mendapat sedikit kemajuan karena sektor swasta, yang secara luas dipandang lebih efisien daripada sektor publik, sangat dibatasi dalam produksi senjata.
Rahul Bedi mengatakan industri pertahanan India perlu menjembatani kesenjangan teknologi yang besar.
India baru-baru ini mengalokasikan 38 milyar dolar untuk anggaran militer tahun ini, 17 persen lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Jumlah itu masih jauh lebih rendah daripada anggaran belanja Tiongkok untuk militer yang berjumlah 100 miliar dolar.
Dalam beberapa tahun terakhir, para pengimpor senjata terbesar adalah negara-negara Asia, yaitu India, diikuti oleh Korea Selatan, Pakistan, Tiongkok, dan Singapura.

ANALISIS GEOPOLITIK :
Samudera India merupakan arena persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam hal interlocks Pasifik dan persaingan regional antara China dan India, disamping juga perlawanan Amerika Serikat terhadap terorisme Islam di Timur Tengah serta upaya AS untuk memasukkan Iran kedalamnya. 
Lebih dari sekedar fitur geografis, wilayah Samudera India  yang meliputi seluruh busur Islam dari Gurun Sahara sampai ke kepulauan Indonesia ini adalah sebuah “ide” yang menggabungkan sentralitas Islam dengan politik energi global dan bangkitnya India dan China, yang mengungkap kondisi tata dunia yang berlapis-lapis dan multipolar.[1]
 India dan Samudera India adalah dua entitas tak terpisahkan. India berhutang eksistensi geografisnya kepada Samudera Hindia. India dengan cepat muncul sebagai kekuatan besar Asia dan raksasa ekonomi potensial. Secara geopolitik, negara ini sudah berubah dari sikap Nehruvian yang acuh terhadap peristiwa di Asia Timur, menuju apresiasi strategis yang lebih besar pada sentralitas India di Selatan dan Timur Asia. Sebagian pengamat menggambarkan kondisi India terkini ini sebagai proses rediscovering geopolitics Curzon atau penemuan kembali geopolitik Curzon, karena mendasarkan pada pemikiran  Lord Curzon 1909 dalam bukunya “The Place of India in the Empire” yang menguatkan posisi sentralitas India dalam penggunaan kekuatan laut di pesisir Samudera India dan Asia Timur. [2]
Curzon, seorang mantan raja muda Inggris, menulis bahwa posisi sentral India di Asia berarti bahwa negara itu bisa memiliki pengaruh dalam banyak arah -di Persia, Afghanistan, dan Cina- karena mengendalikan rute pelayaran ke Australasia dan Laut Cina. Seorang analis strategis India, C. Raja Mohan berpandangan bahwa, “bagi elit pengambil kebijakan luar negeri India yang telah bermimpi panjang mengenai peran kuat untuk India di daerah sekitarnya, maka Curzon tetap menjadi satu sumber inspirasi utama kebijakan luar negeri India”.
India bertekad untuk memainkan peran maritim penting dalam memanfaatkan kawasan pada lokasi strategis di kawasan Samudra Hindia. India telah membentuk basis militer tri-services pertama di Andaman dan Nikobar, yaitu di mulut Selat Malaka. Selain itu, pangkalan angkatan laut India di Karwar Laut Arab telah dibentuk untuk siap menjadi pangkalan angkatan laut terbesar di Asia selama beberapa tahun mendatang. Pada saat yang sama, hubungan militer-ke-militer, yakni hubungan angkatan laut khususnya, telah memberikan dorongan yang signifikan untuk hubungan India-AS.
Dengan demikian India punya peran strategis dalam konstelasi persaingan antara Amerika Serikat dan China, India muncul sebagai kunci dari sumbu kawasan Eurasia karena letaknya di Samudera Hindia, yang tentu memiliki pengaruh besar terhadap hubungan Amerika Serikat dan China. India sejak awal 2000-an, berupaya menyeimbangkan kebijakan Look West dengan kebijakan Look East. Sebab sebelumnya fokus New Delhi lebih banyak pada Look West daripada Look East. [3]



[1] Purbo S. Suwondo, Kajian Strategik Tentang Geopolitik Perminyakan, Jakarta 18 Maret 2008. Halaman 7
[2] Michael Evans, Power and Paradox: Asian Geopolitics and Sino-American Relations in the 21st Century, Mei 2009
[3] C. S. Kuppuswamy, India's Look East Policy - A Review, Paper no. 3662, 12 Februari 2010, http://www.southasiaanalysis.org/%5Cpapers37%5Cpaper3662.html