Beberapa tahun lalu tersiar berita di berbagai Media Internasional bahwa Thailand dan China telah menyepakati satu MoU (Memorandum Of Understanding) yang ditandatangani di Guangzhou, China untuk membangun Terusan Kra yang jika jadi dibangun akan berimplikasi terhadap jalur pelayaran internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Tak lama berselang setelah pemberitaan tersebut, banyak analis berpendapat apabila pembangunan kanal tersebut resmi dilakukan maka negara yang paling “dirugikan” secara ekonomis adalah Singapura.
Namun demikian, belakangan terjadi “simpang siur” siapakah yang terlibat dalam pembangunan terlebih pemerintah China melalui juru bicara Kementrian Luar Negeri, Hong Lei membantah bahwa pemerintah China terlibat di dalam MoU tersebut. Begitu juga pihak pemerintah Thailand yang juga membantah keterlibatan di proyek tersebut. Besar kemungkinan MoU tersebut dilakukan oleh dua pihak perusahaan swasta Thailand dan China sebagaimana penelusuran tim redaksi lakukan.
Terlepas dari hal tersebut, ada 4 hal yang pembaca harus ketahui mengenai proyek tersebut.
1. Apa itu Terusan Kra?
Terusan Kra adalah satu proyek pembangunan terusan yang direncanakan untuk kepentingan ‘pemotongan jalur’ pelayaran sehingga mempersingkat rute pelayaran kapal tanpa melewati Selat Malaka lagi. Lokasi terusan tersebut berada di Thailand Selatan dan akan menghubungkan langsung dengan Laut Andaman. Terusan ini panjangnya sekitar 102 km, lebar 400 meter dengan kedalaman lebih dari 20 meter. Pengerjaan kanal tersebut membutuhkan 8-10 tahun untuk pengerjaannya. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membangun terusan tersebut sekitar USD 28 milyar.
Terusan Kra juga akan mempersingkat perjalanan sekitar 1.200 km antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan juga bisa mempersingkat waktu pengiriman antara dua hingga lima hari dan menghemat sekitar 350 ribu dolar AS bahan bakar.
Selain penghematan waktu serta biaya angkut, Terusan Kra juga bisa memperbesar arus pengiriman logistik antara Asia Timur dan Eropa. Perjalanan yang ditempuh pun menjadi semakin ringkas tanpa perlu melalui Selat Malaka. Hal itu sekaligus mengurangi resiko ancaman bajak laut yang sering terjadi dikawasan selat malaka.
2. Terusan Kra Sudah Direncanakan dari Ratusan Tahun Lalu
Ide pembangunan Terusan Kra pertama kali diusulkan oleh Siam Raja Narai sekitar tahun 1677. Ide pembangunan terusan tersebut muncul dan tenggelam seiring kepentingan politik yang melatarbelakanginya. Sebagai contoh perjanjian Anglo-Thai Treaty pada tahun 1946 yang melarang pemerintah Siam untuk membangun terusan tersebut karena dapat mengganggu kepentingan Singapura (koloni Inggris) sebagai negara rute persinggahan kapal. Kemudian gagasan itu muncul lagi pada sekitar tahun 1950 dan 1970-an dan dikabarkan pada saat itu, Jepang berminat untuk bekerjasama membangun proyek tersebut.
Namun rencana itu terhenti sebatas rencana. Barulah saat ini didorong atas faktor kebangkitan ekonomi China satu dekade terakhir, China berencana untuk terlibat dalam proses pembangunan kanal tersebut. Tahun lalu Pakdee Tanapura, pengusaha yang juga anggota dari komite Terusan Kra mengatakan kepada The Strait Times bahwa kanal tersebut dapat menjadi bagian dari rencana konsep Maritime Silk Road yang digagas China yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan melalui Laut Cina Selatan
3. Terusan Kra akan ‘mengancam’ Singapura
Dengan adanya Terusan Kra, Singapura yang selama ini banyak mendapatkan devisa dari rute pelayaran kapal yang melewati Selat Malaka terancam secara ekonomi karena akan mengurangi jumlah kapal melewati rute tersebut sehingga berimplikasi terhadap negara mereka. Pada tahun 2014 industri maritim Singapura berkontribusi sekitar 7 persen terhadap GDP.
4. Terusan Kra akan menguntungkan Thailand dan China
Terusan Kra akan mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi Thailand dari proyek tersebut seperti biaya masuk terusan, dan juga akan mendorong meningkatnya minat investor untuk berbisnis di Thailand. Keuntungan bagi China, akan memperpendek rute dan memangkas biaya angkut dari dan ke China khususnya untuk kepentingan dagang mereka.
******
sumber: http://maritimnews.com/4-hal-strategis-tentang-terusan-kra/