Dalam Forum on Women and the Economy, Presiden Obama mengatakan perempuan bukanlah blok monolitik atau 'kelompok kepentingan'.
Presiden Amerika Barack Obama memanfaatkan konferensi mengenai perempuan hari Jumat di Gedung Putih untuk menyoroti langkah-langkah yang telah diambil pemerintah guna meningkatkan peluang dan akses bagi perempuan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis dan perawatan kesehatan.
Berpidato dalam Forum on Women and the Economy, Presiden Obama mengatakan perempuan bukanlah sejumlah blok monolitik atau "kelompok kepentingan" dan tidak semestinya diperlakukan seperti itu. Dikatakan, tantangan yang dihadapi perempuan mempengaruhi semua orang.
Presiden menambahkan pemerintahannya telah berusaha menutup kesenjangan upah antara perempuan dan laki-laki, juga memberi lebih dari 16 ribu kredit pinjaman baru bagi bisnis milik perempuan serta membantu lebih dari dua juta perempuan muda untuk bisa kuliah dengan meningkatkan hibah federal. Ia juga menguraikan bagaimana perempuan telah ditolong berkat undang-undang reformasi perawatan kesehatannya, yang akan diputuskan Mahkamah Agung apakah akan diberlakukan.
Konferensi hari Jumat itu dilakukan pada saat penting bagi presiden yang sedang berkampanye untuk terpilih kembali. Jajak pendapat umum baru-baru ini menunjukkan perempuan lebih mendukung Obama ketimbang kandidat terdepan dari partai Republik Mitt Romney.
Ditanya hari Kamis tentang implikasi politik penyelenggaraan acara yang berfokus pada perempuan dalam tahun pemilihan, jurubicara Gedung Putih Jay Carney menepis pendapat forum tersebut adalah politik.
Komentar :
Pernyataan Obama seolah ingin meyakinkan dunia, bahwa Kapitalisme adalah model terbaik bagi hak dan peran politik perempuan. Dengan mengatakan bahwa perempuan bukanlah blok monolitik, justru mengindikasikan bahwa sperti itulah Kapitalisme selama ini memperlakukan perempuan. Bahkan lebih rendah lagi, perempuan sering dijadikan sebagai "objek kepentingan" bahkan komoditas ekonomi.
Realitas sesungguhnya tata dunia yang masih kapitalistik ini hanya melihat potensi perempuan
untuk memperbaiki krisis ekonomi dunia dengan diperankan sebagai pekerja
sekaligus penjaga stabilitas sosial dalam rangka menghindari social cost
pertumbuhan ekonomi. Menurut Kapitalisme, perempuan harus terlibat aktif dalam pembangunan
ekonomi setidaknya karena dua alasan; pertama untuk mengurangi angka kemiskinan
sehingga masyarakat tetap punya daya beli, dan kedua untuk mereduksi konflik sosial
sehingga tidak akan terjadi social unrest pengganggu iklim investasi
yang merugikan pemilik modal. Bahkan demi misinya ini Kapitalisme sejak lama
menggandeng ide kesetaraan gender untuk memoles kepentingannya seakan menjadi
perjuangan pembebasan perempuan. Topeng ini dikuak oleh Bernard Lewis dalam
bukunya, The Middle East yang mengungkapkan faktor utama dalam program emansipasi
perempuan adalah kebutuhan ekonomi, yakni kebutuhan tenaga kerja perempuan. Bahkan
Nicholas Rockefeller -seorang penasihat RAND- menyatakan tujuan kesetaraan
gender adalah untuk mengumpulkan pajak dari publik 50% lebih dalam rangka mendukung
kepentingan bisnis.
Pada
sisi yang lain, Kapitalisme juga memerankan perempuan untuk melawan ideologi
Islam. Dalam dokumen RAND Building Moderate Muslim Network juga
disebutkan bahwa isu kesetaraan gender adalah salah satu medan pertempuran
utama dalam perang pemikiran melawan Islam, promosi kesetaraan gender adalah
komponen penting dari setiap proyek untuk memberdayakan muslim moderat. Bahkan
Chris A.Wade mengatakan bahwa perempuan dan kelompok perempuan adalah sekutu
kuat dalam mengurangi pengaruh sebaran Islam Ideologis. Demikianlah sesungguhnya Kapitalisme memperlakukan perempuan, tidak lebih dari
sekedar “objek kepentingan” dari
berbagai kepentingan sekuler mereka.
Jadi sungguh berbeda dengan Islam. Dari dulu Islam tidak pernah menganggap
isu perempuan sebagai "blok monolitik" atau isu parsial yang terkait
kelompok kepentingan sepihak. Persoalan perempuan adalah persoalan
tegaknya peradaban, karena di dalam Islam perempuan
memegang peranan penting dalam mempertahankan keluarga dan sekaligus
identitas Islami masyarakat Muslim. Ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi perempuan merupakan tantangan sistemik yang harus diberi perhatian besar. Oleh karena itu jika pemikiran perempuan Muslim dinodai maka sama saja dengan menodai entitas masyarakat Muslim secara luas.
No comments:
Post a Comment