وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ
آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ
فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ
بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat” (TQS An Nahl : 112)
Kolonialisme Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris) menimbulkan dampak terhadap dinamika Islam di Nusantara. Secara politik-ekonomi, kolonialisme mengakibatkan kemunduran ekonomi kaum Muslimin sehingga era colonial ini juga disebut sebagai era kesuraman – pemaksaan monopoli perdagangan menyebabkan kemunduran dan kesengsaraan rakyat. Di bidang politik kolonialisme mengakibatkan hancurnya sebagian besar entitas politik kesultanan Islam. Periode ini merupakan masa kemunduran dan kemerosotan kaum Muslim di Nusantara sebagai akibat dari penetrasi kolonialisme Barat yang berlangsung sejak awal abad ke-19.
Di era kesultanan Islam di Nusantara nyaris tidak terdengar praktek eksploitasi atau kerja paksa pada rakyat, termasuk kaum perempuan. Namun pada era kolonialisme Eropa dan Jepang praktek ini sangat menonjol. Pada masa pendudukan Jepang, kita mengenal istilah romusha, yaitu orang Indonesia yang 'diperbudak' dalam kerja paksa. Sebelumnya ada cultuurstelsel alias aturan tanam paksa pada zaman penjajahan Belanda.
Sumber: Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid Asia Tenggara, Ichtiar Baru Van Hoeve
No comments:
Post a Comment