Pada hari Minggu tanggal 4 Mei lalu, berbagai media Filipina melaporkan aksi massif “ratifikasi rakyat” yang diselenggarakan serentak di beberapa area penting di Mindanao dalam rangka mendesak Kongres untuk meloloskan Hukum Dasar Bangsamoro (Bangsamoro Basic Law). Laporan dari Luwaran.com, situs informasi resmi dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF), menginformasikan jumlah peserta aksi long march tersebut mencapai 200.000 orang termasuk ribuan Muslimah di delapan kota dan empat kotamadya di Filipina Selatan.
Setelah lebih dari 40 tahun konflik berdarah antara MILF dan pemerintah Filipina, presiden Kelompok Wanita Barangay – Hazar Muarip Ahmad mengatakan mereka sudah “sakit dan lelah dengan perang,” karena perempuan dan anak-anak adalah korban pertama yang paling terimbas jika konflik meletus. Di sisi lain, hal itu juga mempengaruhi kualitas pendidikan anak-anak sebagaimana yang disampaikan oleh Ahmad Al-Amin, Ketua Kaukus Masyarakat Adat Bangsamoro dalam wawancara terpisah.
Hukum Dasar Bangsamoro merupakan bagian dari Perjanjian Komprehensif pada Bangsamoro (Comprehensive Agreement on Bangsamoro/CAB) antara pemerintah Filipina di bawah pemerintahan Aquino, dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang telah dicapai setelah perundingan panjang selama 17 tahun dan secara intensif difasilitasi oleh lembaga-lembaga internasional, termasuk beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang, dan Malaysia.
Perjanjian ini juga memberikan peta jalan (roadmap) baru untuk Bangsamoro, yakni sebagai entitas politik otonom baru yang akan menggantikan Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) yang dianggap oleh Presiden Filipina sebagai “percobaan yang gagal”. Di sisi lain, perjanjian ini juga membentuk identitas baru untuk Muslim Moro sebagai “bangsa Moro”, bangsa adalah kata Melayu yang berarti ‘bangsa’ yang akan mencakup tidak hanya suku Muslim etnis, tetapi juga penduduk yang beragama Kristen dan masyarakat adat di wilayah Bangsamoro.
Perangkap Demokrasi yang Sarat dengan Kepentingan Asing
Perjanjian damai yang diupayakan pemerintah sekuler Filipina yang didukung oleh lembaga-lembaga dunia, sejatinya tidak akan pernah menciptakan kemerdekaan hakiki bagi Muslim Moro yang minoritas, termasuk kaum Muslimah dan anak-anak Moro yang puluhan tahun hidup tertindas hingga lebih dari 120 ribu nyawa Muslim Moro melayang selama 40 tahun terakhir.
Perjanjian komprehensif ini tidak lain adalah sekedar “perangkap demokrasi” yang digunakan untuk mengaburkan identitas sejati umat Islam di Filipina Selatan, menganeksasi wilayah selatan Filipina yang sangat kaya akan sumberdaya alam, melumpuhkan gerakan politik bersenjata Moro Islamic Liberation Front (MILF), dan menjinakkan umat Islam agar menjadi lebih moderat, pragmatis sehingga menyakini bahwa demokrasi adalah kancah perjuangan Islam yang ideal. Semua upaya dilakukan oleh penguasa kufar Filipina dan lembaga-lembaga internasional yang tidak menginginkan Islam tegak di Filipina Selatan, yang bermuara pada tujuan yaitu partisipasi dalam demokrasi dari kaum Muslimin dan menyibukkan mereka dengan hal tersebut sehingga meninggalkan segala upaya untuk merealisasikan perjuangan penegakan Syariat Islam.
Dengan terikat dengan perjanjian damai seperti CAB, bahaya yang lebih besar sesungguhnya menanti umat Islam di Filipina Selatan. Imperialisme AS dan negara-negara Kapitalis lainnya semacam Australia dan Jepang siap mengeksploitasi kekayaan ekonomi yang dimiliki pulau Mindanao dan Sulu di Filipina Selatan. Hal ini tidaklah aneh, karena hampir empat abad kekuasaan Spanyol dan enam dekade pengawasan AS telah membelenggu Filipina dengan eksploitasi feodal dan semi-feodal. Petani Filipina telah kehilangan tanah; pekerja dihinakan menjadi tenaga kerja murah; dan sumber daya alam dan lingkungan, dijarah dan dirusak. Filipina telah lama menjadi pasar pembuangan untuk barang-barang mahal, dan pangkalan depan untuk hegemoni imperialis AS dan sekutunya di Asia-Pasifik. Bahkan untuk mengamankan kepentingan geopolitiknya di Asia Pasifik, secara khusus AS telah mengerahkan pasukannya di Mindanao.
Khilafah: Masa Depan Hakiki untuk Muslim Moro
Wahai saudariku Muslimah Moro, sadarilah! Bahwa muslim Moro adalah bagian tidak terpisahkan dari umat Islam yang satu di seluruh dunia Islam yang terbentang dari Maroko hingga Merauke! Kaum Muslimah di sepanjang bentangan kawasan itu mengalami penderitaan yang sama seperti yang kalian rasakan, tertindas dan terjajah di tanah mereka sendiri. Kita adalah umat yang satu, nabi kita satu, dan Al-Quran kita pun satu, maka tinggalkanlah atribut kebangsaan sekuler yang mengkotak-kotakkan umat Islam! Karena Islam mengajarkan bahwa ikatan terkuat bagi seorang Muslim itu adalah Aqidah Islam yang termanifestasi dalam ukhuwah Islamiyah, dan ikatan ini wajib diletakkan diatas suku bangsa, ras ataupun warna kulit.
Islam juga mewajibkan umatnya untuk hidup di bawah satu kepemimpinan politik (Khilafah). Haram bagi mereka terfragmentasi di bawah kepemimpinan politis yang lebih dari satu, apalagi harus hidup tertindas dibawah tirani mayoritas kaum kafir. Rasulullah SAW pernah bersabda:
إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا
“Apabila ada dua khalifah yang dibaiat, maka bunuhlah yang paling terakhir dari keduanya.“
(HR. Muslim no. 3444). Oleh karena itu Khilafah akan menyatukan wilayah
Filipina Selatan dengan kepulauan Indonesia, Malaysia dengan seluruh
tanah kaum Muslimin di seluruh dunia. Khilafah juga akan membebaskan
tanah kaum Muslimin di Mindanao, Sulu, Burma, Suriah, hingga Afrika
Tengah, serta akan menjadi perisai bagi kehormatan umat Islam termasuk
kaum Muslimah dan anak-anak di seluruh wilayah negara Khilafah.Khilafah dengan visi politik luar negerinya yang luhur tidak akan pernah membiarkan wilayah kaum Muslimin jatuh ke tangan kuffar melalui berbagai jerat perjanjian imperialis. Daulah Khilafah akan mengakhiri politik luar negeri negeri-negeri Muslim yang penuh dengan nuansa kelemahan dan ketertundukan ini akibat jerat nasionalisme dan pengkhianatan penguasa boneka Barat. Khilafah akan menggantinya dengan sebuah visi politik luar negeri yang berorientasi mulia untuk penyebaran dakwah Islam ke seluruh dunia dengan metode dakwah dan Jihad.
Wahai saudariku tercinta Muslimah Moro! ingatlah bahwa jalan satu-satunya untuk merdeka adalah kembali pada pangkuan Islam dan bersatu dengan seluruh umat Islam di bawah naungan Khilafah! Sadarilah bahwa umat Islam tidak boleh kembali masuk perangkap musuh untuk kesekian kalinya, kekuatan umat Islam tidak boleh dilucuti oleh perangkap bernama demokrasi dan nasionalisme! Tetaplah konsisten dengan jalan perubahan melalui metode dakwah yang lurus yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, karena itu bergabunglah dengan perjuangan demi tegaknya Khilafah Islam yang kedua yang akan membungkam siapapun yang menyerang dan menodai kehormatan kaum Muslimah di seluruh dunia di bawah kalimah Tauhid dan pemerintahan Islam.
Fika Komara
No comments:
Post a Comment