Realita Myanmar Secara Politik dan Penindasan Terhadap Kaum Muslimin di Sana
بسم الله الرحمن الرحيم
 
Soal Jawab
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/06/29/sj-realita-myanmar-secara-politik-dan-penindasan-terhadap-kaum-muslimin-di-sana/
 
Realita Myanmar Secara Politik dan Penindasan Terhadap Kaum Muslimin Di Sana
 
 
 
Pertanyaan:  kami mohon secara ringkas realita 
Myanmar (secara politik, sebab-sebab penindasan mengerikan terhadap kaum
 muslimin di negeri tersebut, sikap regional dan internasional terhadap 
penindasan itu) dan terima kasih banyak.
Jawab: berikut pemaparan perkara yang diperlukan dalam masalah ini:
1.                  Jumlah penduduk negeri itu lebih dari 50 juta 
orang.  Diantaranya sekitar 20 % adalah kaum muslimin dan mereka 
terpusat di ibukota Rangoon dan kota Mandalay di propinsi Arakan. Dan 70
 % penduduknya beragama Budha dan sisanya beragama Hindu, Kristen dan 
agama lainnya.  Akan tetapi Birma tidak mengakui kaum muslimin kecuali 
hanya sebagian kecil dari mereka sekitar 4% dan yang sisanya dianggap 
orang asing.  Birma berusaha mengusir mereka dan tidak memberi mereka 
kewarganegaraan dan tidak mengakui apapun hak-hak yang menjadi milik 
mereka.  Oleh karena itu mereka menghadapi serangan dari orang-orang 
Budha dengan dukungan rezim hingga sampai pada pembunuhan dan pengusiran
 mereka.
2.                  Para sejarawan menyebutkan bahwa Islam masuk ke 
negeri itu tahun 877 M pada masa khalifah Harun ar-Rasyid ketika waktu 
itu daulah al-Khilafah menjadi negara terbesar di dunia selama beberapa 
abad.  Islam mulai menyebar di seluruh Birma ketika mereka melihat 
kebesaran, kesahihan dan keadilannya.  Kaum muslimin memerintah propinsi
 Arakan lebih dari tiga setengah abad antara tahun 1430 hingga tahun 
1784 M.  Pada tahun ini (1784 M) kaum kafir berkoalisi menyerang 
propinsi tersebut, dan orang-orang Budha pun mendudukinya.  Mereka 
menghidupkan kerusakan di propinsi tersebut.  Mereka membunuh kaum 
muslimin dan menumpahkan darah mereka, khususnya para ulama kaum 
muslimin dan para dai. Orang-orang Budha juga merampok kekayaan kaum 
muslimin, menghancurkan bangunan-bangunan islami baik berupa masjid 
maupun sekolah.  Hal itu karena kedengkian mereka dan fanatisme mereka 
terhadap kejahiliyahan budhisme mereka.
3.                  Dahulu di wilayah tersebut terjadi persaingan dan
 saling berbagi penjajahan antara Inggris dan Perancis.  Inggris pada 
tahun 1824 M menduduki Birma dan menancapkan penjajahan mereka atas 
Birma.  Sementara orang-orang Perancis menduduki Laos yang bertetangga 
dengan Birma dan menancapkan penjajahan mereka terhadap Laos.  Pada 
tahun 1937 Inggris memisahkan jajahan mereka Birma dari “pemerintahan 
India Inggris”.  Maka jadilah jajahan Inggris terpisah secara 
administratif dari pemerintah India Inggris, atas nama “pemerintahan 
Birma Inggris”.  Propinsi Arakan dijadikan berada di bawah pemerintahan 
ini di bawah kontrol orang-orang Budha.
4.                  Selama masa Perang Dunia II dan pada tahun 1940 
M, di daerah jajahan ini berdiri gerakan dengan nama “Milisi Pertemanan 
Tigapuluh - Birma Independence Army), yang dibentuk oleh tiga puluh 
orang dari Birma yang mendapat latihan di Jepang yang berjanji mengusir 
agressor Inggris.  Mereka masuk ke negeri mereka bersama dengan agressor
 Jepang tahun 1941 M.  Birma waktu itu menjadi garis depan peperangan 
antara Inggris dan Jepang hingga Jepang mengalami kekalahan pada akhir 
Perang Dunia II tahun 1945 M.  Pada waktu itu Inggris mampu memperluas 
penjajahannya kembali atas Birma.  Pada tahun 1942 kaum muslimin 
mengalami pembantaian oleh orang-orang Budha yang menyebabkan korban 
sekitar 100 ribu orang muslim, dan ratusan ribu mengungsi ke luar 
negeri.  Pada tahun 1948 M Inggris memberi Birma kemerdekaan 
formalistik.  Satu tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1947 M Inggris 
menggelar konferensi untuk mempersiapkan kemerdekaan dan mengajak 
seluruh kelompok dan ras di negeri tersebut dan sebaliknya menjauhkan 
kaum muslimin dari konferensi itu.  Pada konferensi itu Inggris 
menetapkan pasal yang menyatakan bahwa kepada tiap kelompok atau suku 
diberi hak merdeka akan tetapi setelah sepuluh tahun kemudian, namun 
pemerintahan Birma tidak mengimplementasikan hal itu.  Dan penindasan 
terhadap kaum muslimin pun terus berlanjut.
5.                  Pada tahun 1962 terjadi kudeta militer di Birma 
dengan pimpinan militer jenderal Ne Win.  Ia membentuk Dewan Militer 
dengan sebutan Dewan Negara untuk mempersiapkan undang-undang dan 
sistem.  Ia memerintah negeri itu secara langsung hingga tahun 1988 M.  
Dewan itu sendiri terus bertahan hingga tahun 1997 dan Ne Win tetap 
mengontrol dewan tersebut.  Pada tahun 1990, dilakukan pemilihan umum.  
Liga Nasional untuk Demokrasi (
National League for Democracy - 
NLD) yang beroposisi mendapatkan mayoritas kursi.  Hanya saja 
pemerintahan militer tidak mengakui transisi kekuasaan hingga sempurna 
ditetapkan Konsitusi.  Dimulailah sejumlah pertemuan berturut-turut 
sejak tahun 1993 M untuk menetapkan konstitusi yang baru.  Pasca kudeta 
itu, kaum muslimin mengalami penindasan dari pemerintahan militer yang 
fanatik kepada Budha.  Pemerintahan militer itu melakukan pengusiran 
lebih dari 300 ribu muslim ke Bangladesh.  Pemerintah militer telah 
mengusir lebih dari setengah juta orang muslim ke luar Birma pada tahun 
1978 M.  Diantara mereka yang meninggal lebih dari 40 ribu orang muslim 
terdiri dari orang-orang tua, wanita dan anak-anak disebabkan kondisi 
yang keras mendera mereka.  Jumlah itu menurut statistik Badan Pengungsi
 (UNHCR) yang ada di bawah PBB.  Pada tahun 1988 M lebih dari 150 ribu 
kaum muslimin hijrah ke luar negeri.  Lebih dari setengah juta orang 
muslim mengalami pengusiran dari negeri sebagai pembalasan dari 
pemerintahan militer dikarenakan dukungan kaum muslimin itu kepada 
partai oposisi yang meraih kemenangan mayoritas kursi di Dewan pada 
tahun 1990 M.  Pemerintah Myanmar menganggap kaum muslimin sebagai orang
 asing dan bukan warga negeri (Myanmar).  Pemerintah Myanmar menghalangi
 anak-anak kaum muslimin mendapatkan pendidikan dan menikah sebelum 
berusia tiga puluh tahun.  Bahkan pemerintah Myanmar memaksa kaum 
muslimin untuk tidak menikah selama tiga tahun.  Hal itu untuk 
memperkecil jumlah kaum muslimin.  Tindakan-tindakan paling bengis 
dilakukan oleh pemerintah terhadap kaum muslimin.  Pada tahun 1989 M 
pemerintah mengubah namanya dari Birma Inggris menjadi Myanmar.  Ada 
negara-negara yang mengakui dengan nama kedua dan ada negara-negara yang
 tidak mengakuinya dan tetap menggunakan nama pertama.
6.                  Militer terus memerintah Birma.  Inggris 
kadang-kadang mendukung mereka secara langsung.  Kadang-kadang melalui 
agen Inggris.  Inggris menjadikan rezim Birma/Myanmar secara zahir dekat
 dari orang-orang komunis hingga mendapat dukungan Rusia dan China dan 
menutupi realita sebenarnya.  Hal itu seperti banyak rezim di dunia 
barat menutupi keantekannya kepada Amerika dan Inggris dengan mendekat 
ke orang-orang komunis dan kepada Rusia dan China.  Sebelumnya Amerika 
memprotes atas sikap India yang mendukung rezim militer Myanmar dan 
kerjasama erat India dengan pemerintah Myanmar.  Kantor berita AFP pada 
tanggal 28 Mei 2012 M ketika memberitakan kunjungan presiden India 
Manmohan Singh ke Birma pada tanggal tersebut dan menandatangani 
serangkaian perjanjian dengan presiden Birma, AFP menyebutkan: “India 
dekat dengan Dewan Militer selama tahun 90-an abad lalu, terlebih pada 
bidang keamanan dan energi”.  Pada tahun 2010 M, Washington mengecam 
sikap diam India terhadap pelanggaran HAM di Birma hingga Suu Kyi yang 
mendapat sebagian pendidikannya di India karena ibunya menjadi duta 
besar, ia mengungkapkan kesedihannya atas dukungan India kepada 
pemerintahan militer di negerinya (Myanmar)”.  Pada November 2007 M, 
berbagai kantor berita mengutip menyerukan India dan China agar 
menghentikan dukungan senjata kepada rezim militer di Birma.  Rezim 
militer di Birma memberi berbagai fasilitas militer kepada China di 
teluk Benggala di lautan Hindia.  Hal itu untuk mendapatkan dukungan 
China kepada Birma di tengah kampanye Amerika melawan Birma.  
Sebagaimana merupakan kepentingan China untuk mendapatkan sebuah 
pelabuhan di Birma ke arah samudera Hindia.  China sendiri berbatasan 
darat dengan Birma di timur laut Birma sepanjang 2000 kilometer.  India 
berbatasan darat dengan Birma di barat laut Birma.  Dahulu pemerintah 
India mengikuti Inggris secara langsung dan setelah Inggris keluar 
secara formalistik dari sana, India menjadi semacam administratur atas 
Birma dan berada di bawah perlindungan Inggris dan menjadi kuat karena 
dukungan Inggris.
7.                  Amerika telah membangkitkan opini umum menentang 
pemerintahan militer.  Opini umum dipusatkan di seputar ketua oposisi 
Aung San Suu Kyi sampai dia dilepaskan pada November tahun 2010 M.  
Kemudian tekanan makin bertambah terhadap Dewan Militer.  Amerika pun 
membangkitkan opini umum seputar Dewan Militer supaya Dewan membubarkan 
dirinya sendiri dan menyerahkan pemerintahan kepada sipil.  Akan tetapi 
Inggris dan pemeritah India yang bersamanya, menyelesaikan masalah 
tersebut dengan kecerdasan Inggris.  Maka mereka buat Dewan Militer 
menyerukan diselenggarakan pemilu dan dengan cara-cara yang menjadi 
keahlian Inggris …  maka berlangsunglah pemilu pada tahun 2010 M dan 
Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (
Union Solidarity and Development Party
 - USDP) yang merupakan partai militer meraih 80% kursi.  Dewan Militer 
membubarkan dirinya sendiri dan menyerahkan pemerintahan kepada sipil, 
dan mereka adalah pensiunan jenderal terutama jenderal Thein Sein, yang 
menerima pemerintahan pada Maret 2011 M.
8.                  Amerika terus menekan rezim di Birma sampai bisa 
menjauhkan orang-orang rezim militer para pensiunan jenderal dan 
mendatangkan pemimpin oposisi dimana Amerika menampakkan dukungan penuh 
kepada Aung San Suu Kyi dan partainya Liga Nasional untuk Demokrasi (
National League for Democracy
 - NLD).  Oleh karena itu, Amerika menyebarkan analisis-analisis masa 
datang dengan kemungkinan menangnya pemimpin oposisi pada pemilu tahun 
2010 M.  Menteri luar negeri AS Hillary Clinton mengunjungi Birma 
pertama kalinya pada Desember tahun 2011 lalu.  Hillary Clinton 
mengumumkan bahwa negaranya akan menunjuk duta besarnya untuk pertama 
kali sejak dua puluh tahun lalu dan bahwa Amerika akan meringankan 
sanksi beriringan dengan kemajuan dalam proses demokrasi di sana.  Pada 
tanggal 1 April 2012 M berlangsung pemilu parsial di Birma memperebutkan
 45 kursi.  Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (
National League for Democracy
 - NLD) dipimpin oleh pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi meraih 43 kursi 
dari 45 kursi yang diperebutkan.  Meski demikian, menteri luar negeri 
Amerika menyatakan, “masih terlalu dini untuk memutuskan sejauh mana 
kemajuan yang terjadi pada bulan-bulan terakhir (di Birma) dan masih 
harus dilihat apakah hal itu akan terus berlanjut” (AFP, 2/4/2012).  
Dengan bentuk ini pejabat luar negeri Amerika ingin melakukan tekanan 
negerinya terhadap rezim di Birma, maka Clinton pun meragukan kebenaran 
kemajuan dalam proses demokrasi di Birma.  Sebab orang-orang militer 
dalam wajah sipil adalah yang memerintah Birma dan memaksakan kontrol 
mereka atas panggung politik di Birma.  Sesuai pasal konstitusi yang 
ditetapkan oleh militer pada tahun 90-an abad lalu, seperempat kursi 
Parlemen wajib diberikan untuk militer melalui penunjukan dan bukan 
melalui pemilu!
Begitulah, Amerika tidak puas dengan situasi politis di Birma, meski 
sudah membuat kemajuan dengan membebaskan pemimpin oposisi dan 
memperbolehkan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (
National League for Democracy
 - NLD) melakukan aktivitas politik.  Namun Amerika terus saja melakukan
 tekanan terhadap rezim Birma.  Amerika juga menampakkan 
ketidakpercayaan tentang kredibilitas rezim karena Amerika ingin 
meningkatkan tekanan hingga memungkinkan Amerika menjauhkan militer yang
 loyal kepada Inggris dari pemerintahan.
9.                  Akan tetapi, Inggris mendukung rezim.  Menteri 
luar negeri Inggris William Hague mengomentar positif apa yang 
berlangsung di Birma.  Ia mengatakan, “Inggris yang merupakan negara 
pemberi bantuan terbesar kedua untuk rakyat di Birma siap untuk 
mendukung aktivitas politik di Birma” (Associated Press, 3/4/2012).  
Perdana Menteri Inggris David Cameron berkunjung ke Birma pasca pemilu 
di Birma.  Dan itu merupakan pemimpin barat pertama yang berkunjung ke 
Birma sejak kudeta tahun 1962.  Cameron mensuport rezim di Birma dengan 
ucapannya, “sekarang ada pemerintahan yang mengatakan bertekad melakukan
 langkah-langkah reformasi dan telah mengambil langkah-langkah dan saya 
yakin bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk saya datang ke sini dan 
saya mendorong langkah-langkah ini” (AFP, 13/4/2012).  Cameron bertemu 
dengan presiden Thein Sein.  Thein Sein berkata kepada Cameron, “kami 
gembira dengan pengakuan Anda terhadap upaya yang kami curahkan untuk 
menguatkan demokrasi dan hak asas manusia di Birma”.
Begitulah, Inggris puas dengan situasi politik di Myanmar dan mendukungnya.
10.              Pada tanggal 3/6/2012 orang-orang Budha melakukan 
serangan terhadap sebuah bus yang mengangkut muslim dan membunuh 9 orang
 dari mereka.  Akibatnya meletuslah insiden antara orang-orang Budha dan
 kaum muslimin dalam bentuk pembunuhan, pembakaran rumah, dan pengusiran
 sampai meliputi sejumlah daerah hingga mulailah puluhan ribu kaum 
muslimin keluar dari rumah mereka.  Bangladesh menolak untuk membantu 
kaum muslim yang tiba di Bangladesh bahkan Bangladesh mengembalikan 
mereka dan menutup perbatasannya terhadap mereka.  Pada tanggal yang 
serupa pada tahun lalu, kaum muslimin mengalami serangan-serangan serupa
 dan dipaksa lari meninggalkan negeri.  Pada setiap tahun selama puluhan
 tahun mereka (kaum muslimin) mengalami semisal hal itu baik pembunuhan,
 migrasi, pengusiran dari rumah-rumah mereka dan penghancuran 
rumah-rumah mereka oleh orang-orang Budha yang dengki dengan mendapat 
dukungan dari rezim di Birma.  Barat terutama Amerika merestui rezim 
baru membebaskan pemimpin oposisi dan perubahan demokrasi tanpa 
sedikitpun menyebut apa yang menimpa kaum muslimin.  Kedutaan besar 
Amerika di Birma mengeluarkan keterangan yang menyebutkan bahwa Kuasa 
Usaha Michael Thurston telah bertemu secara terpisah di Yangoon dengan 
organisasi-organisasi Islam lokal dan dengan Partai Uni Solidaritas dan 
Pembangunan (
Union Solidarity and Development Party - USDP) di 
Arakan.  Thurston mengatakan, “yang paling penting sekarang bahwa semua 
pihak wajib untuk tenang.  Ada kebutuhan akan dialog yang lebih.  Dialog
 hanya mungkin terjadi ketika ada ketenangan.”  Ia mengatakan, “kedutaan
 Amerika mendorong pemerintah Myanmar untuk melakukan penyelidikan 
dengan jalan yang menghormati proses hukum dan kedaulatan hukum” (kantor
 berita Associated Press Amerika, 14/6/2012).  Artinya, Amerika 
mengatakan kepada masyarakat yang mengalami pembunuhan dan pengusiran 
bahwa kalian harus tenang, berpegang pada dialog dan mematuhi proses 
hukum!  Ini karena orang-orang yang terbunuh dan terusir adalah kaum 
muslimin.  Sedangkan ketika para biksu Budha pada tanggal 20/9/2007 
melakukan demonstrasi dan dibungkam oleh rezim militer di Birma, maka 
Amerika membangunkan dunia dan tidak duduk serta menjatuhkan 
sanksi-sanksi keras terhadap Birma dan hal itu diikuti oleh 
negara-negara barat.  Hal itu menunjukkan bahwa Amerika tidak peduli 
dengan apa yang menimpa kaum muslimin dan tidak mengutamakan hal itu.  
Yang Amerika pentingkan adalah realisasi kepentingannya dan perluasan 
pengaruhnya.  Ini secara umum merupakan sikap barat semuanya yang 
memusuhi Islam dan kaum muslimin.
11.              Ringkasnya, rezim di Birma yang dahulu dikontrol 
oleh para jenderal berpakaian militer dan saat ini dikontrol oleh para 
pensiunan jenderal dengan berpakaian sipil, tetap loyal kepada Inggris. 
 Inggris mendukungnya baik secara rahasia maupun terang-terangan, 
langsung maupun tidak langsung melalui antek-antek Inggris di India.  
Begitu pula, Inggris juga mendukung orang-orang Budha dalam membunuh 
kaum muslimin dan menginkuisisi kaum muslimin.  Bukan pada hari-hari ini
 saja, akan tetapi sejak pemerintahan islami berakhir di negeri itu.
Berdasarkan cara Inggris dalam kecerdasan politik, mereka membuat 
rezim militer di Birma dekat dari orang-orang komunis, Rusia dan China. 
Sehingga rezim Birma mendapatkan dukungan mereka pada situasi ketika 
terjadi kampanye Amerika yang dilancarkan melawan rezim itu.
Sedangkan Amerika, maka Amerika mendukung partai Liga Nasional untuk Demokrasi (
National League for Democracy
 - NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi yang dijadikan oleh Amerika meraih 
hadiah nobel perdamaian pada tahun 1991 M.  Ayah Suu Kyi yaitu Aung San,
 dahulu menentang Inggris dan terbunuh pada tahun 1947 M.  Pemimpin 
oposisi itu menuduh Inggris membunuh ayahnya dan menilai ayahnya sebagai
 pahlawan kemerdekaan.
Meski terjadi pertarungan politik antara Amerika dan Inggris di Birma
 namun keduanya sepakat dalam mendukung orang-orang Budha dalam membunuh
 kaum muslimin tanpa membuat Barat bergetar perasaan kemanusiaan yang 
diklaim dimilikinya, kecuali hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan 
kosong …  Akan tetapi mereka pun memprotes keras jika para Biksu 
demonstrasi mereka dibungkam atau karena sesiapapun diantara oposan 
Budha dipenjarakan.
Sedangkan China, China mendukung rezim di sana untuk merealisasi 
kepentingan-kepentingan ekonomi dan strategisnya di situ tanpa meraih 
pengaruh di negeri tersebut.
Adapun para penguasa di negeri-negeri kaum Muslim, maka mereka 
mengikuti Amerika dan barat sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi 
sehasta.  Mereka diam saja tetap tidak bergerak sedikitpun.  Bahkan 
hingga penguasa Bangladesh yang bertetangga dengan Birma seklaipun, 
tidak menolong saudara-saudara mereka kaum muslimin yang menderita 
penyaringan dan penindasan bengis sejak ratusan tahun.  Bahkan penguasa 
Bnagladesh bukan hanya tidak menolong kaum muslimin bahkan mencekik 
leher orang yang mengungsi ke Bangladesh dan menutup perbatasannya untuk
 kaum muslimin itu.  Para penguasa itu tidak memenuhi perintah Allah 
SWT:
]وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ[
 (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan (QS al-Anfal [8]: 72)
Bukan hanya itu, penguasa kaum musimin itu justru memenuhi seruan 
Amerika dan negara-negara barat lainnya. Penguasa Bangladesh pun 
mengirimkan tentara ke kawasan-kawasan konflik lainnya dan diatas 
kepala-kepala mereka dan pundak-pundak mereka terdapat panji-panji PBB!
Para penguasa itu tidak bisa diharapkan dari mereka kebaikan, bahkan 
keburukan dari mereka lebih dahulu.  Keamanan tidak akan kembali menjadi
 milik kaum muslimin d negeri tersebut kecuali jika kembali kepada 
al-Khilafah.  Mereka telah bernaung di bawah al-Khilafah sejak masa 
khalifah Harun ar-Rasyid lebih dari tiga setengah abad lamanya …  Jadi 
al-Khilafah sajalah yang memberikan kepada mereka keamanan dan 
menyebarkan kebaikan di seluruh dunia.  Semoga al-Khilafah sudah dekat 
keberadaannya, atas izin Allah.
06 Sya’ban 1433 H
26 Juni 2012 M