Visi Geospasial

Rasulullah Saw bersabda : “Allah memperlihatkan kepadaku seluruh penjuru bumi ini. Aku melihat bagian Timur dan Baratnya, dan aku melihat umatku akan menguasai apa yang telah Dia tunjukkan kepadaku”. (HR.Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Wednesday, April 25, 2012

Trailer Buku : JALAN BARU INTELEKTUAL MUSLIMAH


Persembahan karya untuk perbaikan bangsa yang berasal dari tangan perempuan-perempuan pilihan. Yakni kaum intelektual perempuan muslim yang mendedikasikan hidupnya untuk perubahan, karena sebuah keyakinan bahwa di tangan perempuan-lah generasi cemerlang akan terlahir.
Sebuah karya yang dipersiapkan sebagai jawaban atas pencarian solusi terhadap rusaknya generasi yang dihasilkan oleh sistem pendidikan pragmatis. Harapannya karya ini bisa memberi inspirasi bagi para intelektual perempuan di semua bidang untuk berjuang bersama bahu membahu melahirkan generasi cemerlang menuju negara yang besar, kuat dan terdepan.

KONFERENSI INTELEKTUAL MUSLIMAH UNTUK BANGSA




Semua bangsa tentu mendambakan lahirnya generasi berkualitas demi kejayaan peradaban mereka. Mereka tentu mengupayakan lahirnya generasi cemerlang, generasi  yang tidak hanya memiliki keahlian, melainkan juga memiliki kepribadian istimewa yang ditunjukkan oleh integritas pada nilai-nilai kebenaran. Kepribadian yang merupakan perwujudan pola pikir dan pola sikap yang benar dan luhur.  Generasi cemerlang akan membawa negaranya menjadi negara besar, kuat, dan terdepan. Generasi yang tidak akan menggadaikan negerinya diperas dan dijajah oleh penjajah asing demi untuk memperkaya diri, keluarga, atau kelompoknya. Sebaliknya, akan berani dan rela berkorban untuk melindungi negerinya dari cengkraman penjajahan dalam bentuk apapun.
Banyak pihak mengandalkan sektor pendidikan untuk menyelesaikan masalah generasi ini dengan alasan pendidikan lah yang mampu melahirkan generasi yang lebih baik, atau karena pendidikan adalah pilar peradaban.  Pendapat seperti ini tidak sepenuhnya keliru, namun memiliki beberapa kelemahan yaitu:
  1.  Kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah sekolah besar bagi generasi.
  2. Pendidikan tidak akan terlepas dari aturan perundang-undangan yang lahir dari sistem politik dan kualitasnya  tidak akan pernah terlepas dari kemampuan pembiayaan pendidikan yang ditentukan oleh pengelolaan sistem ekonomi
Nilai-nilai yang akan ditransfer kepada generasi melalui keluarga dan masyarakat seharusnya ditransfer juga dan dikristalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bukan malah sebaliknya, dihancurkan ketika generasi mulai masuk dalam partai politik, pemerintahan, lembaga-lembaga perekonomian, atau berbagai sektor lain, karena ternyata nilai atau pemikiran mendasar yang membangun sektor-sektor kehidupan itu ternyata berasal dari peradaban yang rendah Kapitalisme Sekuler.
Karena itu, perbaikan sektor pendidikan tentu harus ditunjang dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang baik, sistem politik dan sistem ekonomi yang kuat serta legalisasi undang-undang yang mendukung cita-cita tersebut.
Dengan kesadaran itulah, agenda besar Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa ini lahir di tengah keprihatinan terhadap kondisi generasi muda di Indonesia, negeri dengan penduduk mayoritas muslim, namun ajaran Islam yang luhur tidak terlihat membentuk peradaban bangsa ini. Konferensi ini sangat istimewa karena di dalamnya ada persembahan karya untuk perbaikan bangsa yang berasal dari tangan perempuan-perempuan pilihan, yakni kaum intelektual perempuan muslim yang mendedikasikan hidupnya untuk perubahan. Karena sebuah keyakinan bahwa di tangan perempuan-lah generasi cemerlang akan terbentuk.
Karya monumental ini terangkum dalam sebuah BUKU yang berjudul :
“Jalan Baru Intelektual Muslimah (Visi Politik Pembebas Generasi)”
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menganggap perlu diadakan pembahasan yang lebih mendalam dalam memahamkan kaum intelektual terhadap karya buku yang menawarkan solusi bagi perbaikan generasi secara tuntas ini. Sebuah karya yang dipersiapkan sebagai jawaban atas pencarian solusi terhadap rusaknya generasi yang dihasilkan oleh sistem pendidikan pragmatis berorientasi pasar. Harapannya karya ini bisa memberi inspirasi bagi para intelektual perempuan di semua bidang untuk berjuang bersama bahu membahu  melahirkan generasi cemerlang menuju negara yang besar, kuat dan terdepan.
  •  Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa
  • Ahad, 20 Mei 2012, mulai pukul 08.00-15.30 WIB
  • Bertempat di Graha Sabha Widya, Komplek Wisma Makara, Universitas Indonesia.

Thursday, April 19, 2012

Recommended Ebook [From 'Boots' to 'Brogues': The Rise of Defence Diplomacy in Southeast Asia]

From 'Boots' to 'Brogues': The Rise of Defence Diplomacy in Southeast Asia

Bhubhindar Singh & See Seng Tan, RSIS Monograph No. 21, 2011. (Available at all leading bookstores)
This monograph focuses on the increasing importance of defence diplomacy efforts in understanding the regional security architecture of the Asia Pacific. A compilation of chapters from experts within and outside the region, from both the policy and academic community, it discusses defence diplomacy in Southeast Asia and the wider Asia Pacific from the institutional, individual country-based as well as great powers' perspective. The main point to emerge was that defence diplomacy has become an important tool for states' foreign and security policy to ensure regional stability.

Download here ebook RSIS

Sunday, April 15, 2012

Obama: Isu Perempuan Berdampak pada Semua [Perempuan bukanlah Blok Monolitik]


Dalam Forum on Women and the Economy, Presiden Obama mengatakan perempuan bukanlah blok monolitik atau 'kelompok kepentingan'.

Presiden Amerika Barack Obama memanfaatkan konferensi mengenai perempuan hari Jumat di Gedung Putih untuk menyoroti langkah-langkah yang telah diambil pemerintah guna meningkatkan peluang dan akses bagi perempuan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis dan perawatan kesehatan.

Berpidato dalam Forum on Women and the Economy, Presiden Obama mengatakan perempuan bukanlah sejumlah blok monolitik atau "kelompok kepentingan" dan tidak semestinya diperlakukan seperti itu. Dikatakan, tantangan yang dihadapi perempuan mempengaruhi semua orang.

Presiden menambahkan pemerintahannya telah berusaha menutup kesenjangan upah antara perempuan dan laki-laki, juga memberi lebih dari 16 ribu kredit pinjaman baru bagi bisnis milik perempuan serta membantu lebih dari dua juta perempuan muda untuk bisa kuliah dengan meningkatkan hibah federal. Ia juga menguraikan bagaimana perempuan telah ditolong berkat undang-undang reformasi perawatan kesehatannya, yang akan diputuskan Mahkamah Agung apakah akan diberlakukan.

Konferensi hari Jumat itu dilakukan pada saat penting bagi presiden yang sedang berkampanye untuk terpilih kembali. Jajak pendapat umum baru-baru ini menunjukkan perempuan lebih mendukung Obama ketimbang kandidat terdepan dari partai Republik Mitt Romney.

Ditanya hari Kamis tentang implikasi politik penyelenggaraan acara yang berfokus pada perempuan dalam tahun pemilihan, jurubicara Gedung Putih Jay Carney menepis pendapat forum tersebut adalah politik. 

Komentar : 
Pernyataan Obama seolah ingin meyakinkan dunia, bahwa Kapitalisme adalah model terbaik bagi hak dan peran politik perempuan. Dengan mengatakan bahwa perempuan bukanlah blok monolitik, justru mengindikasikan bahwa sperti itulah Kapitalisme selama ini memperlakukan perempuan. Bahkan lebih rendah lagi, perempuan sering dijadikan sebagai "objek kepentingan" bahkan komoditas ekonomi.  
Realitas sesungguhnya tata dunia yang masih kapitalistik ini hanya melihat potensi perempuan untuk memperbaiki krisis ekonomi dunia dengan diperankan sebagai pekerja sekaligus penjaga stabilitas sosial dalam rangka menghindari social cost pertumbuhan ekonomi. Menurut Kapitalisme, perempuan harus terlibat aktif dalam pembangunan ekonomi setidaknya karena dua alasan; pertama untuk mengurangi angka kemiskinan sehingga masyarakat tetap punya daya beli, dan kedua untuk mereduksi konflik sosial sehingga tidak akan terjadi social unrest pengganggu iklim investasi yang merugikan pemilik modal. Bahkan demi misinya ini Kapitalisme sejak lama menggandeng ide kesetaraan gender untuk memoles kepentingannya seakan menjadi perjuangan pembebasan perempuan. Topeng ini dikuak oleh Bernard Lewis dalam bukunya, The Middle East yang mengungkapkan faktor utama dalam program emansipasi perempuan adalah kebutuhan ekonomi, yakni kebutuhan tenaga kerja perempuan. Bahkan Nicholas Rockefeller -seorang penasihat RAND- menyatakan tujuan kesetaraan gender adalah untuk mengumpulkan pajak dari publik 50% lebih dalam rangka mendukung kepentingan bisnis.
Pada sisi yang lain, Kapitalisme juga memerankan perempuan untuk melawan ideologi Islam. Dalam dokumen RAND Building Moderate Muslim Network juga disebutkan bahwa isu kesetaraan gender adalah salah satu medan pertempuran utama dalam perang pemikiran melawan Islam, promosi kesetaraan gender adalah komponen penting dari setiap proyek untuk memberdayakan muslim moderat. Bahkan Chris A.Wade mengatakan bahwa perempuan dan kelompok perempuan adalah sekutu kuat dalam mengurangi pengaruh sebaran Islam Ideologis. Demikianlah sesungguhnya Kapitalisme memperlakukan perempuan, tidak lebih dari sekedar “objek kepentingan”  dari berbagai kepentingan sekuler mereka. 
Jadi sungguh berbeda dengan Islam. Dari dulu Islam tidak pernah menganggap isu perempuan sebagai "blok monolitik" atau isu parsial yang terkait kelompok kepentingan sepihak. Persoalan perempuan adalah persoalan tegaknya peradaban, karena di dalam Islam perempuan  memegang peranan penting dalam mempertahankan keluarga dan sekaligus identitas Islami masyarakat Muslim. Ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi perempuan merupakan tantangan sistemik yang harus diberi perhatian besar. Oleh karena itu jika pemikiran perempuan Muslim dinodai maka sama saja dengan  menodai entitas masyarakat Muslim secara luas.


Pipeline Geopolitics: Major Turnaround. Russia, China, Iran Redraw Energy Map

The event sends strong messages for regional security. Within the space of three weeks, Turkmenistan has committed its entire gas exports to China, Russia and Iran. It has no urgent need of the pipelines that the United States and the European Union have been advancing. Are we hearing the faint notes of a Russia-China-Iran symphony?

The 182-kilometer Turkmen-Iranian pipeline starts modestly with the pumping of 8 billion cubic meters (bcm) of Turkmen gas. But its annual capacity is 20bcm, and that would meet the energy requirements of Iran’s Caspian region and enable Tehran to free its own gas production in the southern fields for export. The mutual interest is perfect: Ashgabat gets an assured market next door; northern Iran can consume without fear of winter shortages; Tehran can generate more surplus for exports; Turkmenistan can seek transportation routes to the world market via Iran; and Iran can aspire to take advantage of its excellent geographical location as a hub for the Turkmen exports.
We are witnessing a new pattern of energy cooperation at the regional level that dispenses with Big Oil. Russia traditionally takes the lead. China and Iran follow the example. Russia, Iran and Turkmenistan hold respectively the world’s largest, second-largest and fourth-largest gas reserves. And China will be consumer par excellence in this century. The matter is of profound consequence to the US global strategy.

The Turkmen-Iranian pipeline mocks the US’s Iran policy. The US is threatening Iran with new sanctions and claims Tehran is “increasingly isolated”. But Mahmud Ahmadinejad’s presidential jet winds its way through a Central Asian tour and lands in Ashgabat for a red-carpet welcome by his Turkmen counterpart, Gurbanguly Berdymukhammedov, and a new economic axis emerges. Washington’s coercive diplomacy hasn’t worked. Turkmenistan, with a gross domestic product of US$18.3 billion, defied the sole superpower (GDP of $14.2 trillion) – and, worse still, made it look routine.
There are subplots, too. Tehran claims to have a deal with Ankara to transport Turkmen gas to Turkey via the existing 2,577km pipeline connecting Tabriz in northwestern Iran with Ankara. Indeed, Turkish diplomacy has an independent foreign-policy orientation. Turkey also aspires to be a hub for Europe’s energy supplies. Europe may be losing the battle for establishing direct access to the Caspian.
Second, Russia does not seem perturbed by China tapping into Central Asian energy. Europe’s need for Russian energy imports has dropped and Central Asian energy-producing countries are tapping China’s market. From the Russian point of view, China’s imports should not deprive it of energy (for its domestic consumption or exports). Russia has established deep enough presence in the Central Asian and Caspian energy sector to ensure it faces no energy shortage.
What matters most to Russia is that its dominant role as Europe’s No 1 energy provider is not eroded. So long as the Central Asian countries have no pressing need for new US-backed trans-Caspian pipelines, Russia is satisfied.
During his recent visit to Ashgabat, Russian President Dmitry Medvedev normalized Russian-Turkmen energy ties. The restoration of ties with Turkmenistan is a major breakthrough for both countries. One, a frozen relationship is being resumed substantially, whereby Turkmenistan will maintain an annual supply of 30bcm to Russia. Two, to quote Medvedev, “For the first time in the history of Russian-Turkmen relations, gas supplies will be carried out based on a price formula that is absolutely in line with European gas market conditions.” Russian commentators say Gazprom will find it unprofitable to buy Turkmen gas and if Moscow has chosen to pay a high price, that is primarily because of its resolve not to leave gas that could be used in alternative pipelines, above all in the US-backed Nabucco project.

Third, contrary to Western propaganda, Ashgabat does not see the Chinese pipeline as a substitute for Gazprom. Russia’s pricing policy ensures that Ashgabat views Gazprom as an irreplaceable customer. The export price of the Turkmen gas to be sold to China is still under negotiation and the agreed price simply cannot match the Russian offer.
Fourth, Russia and Turkmenistan reiterated their commitment to the Caspian Coastal Pipeline (which will run along the Caspian’s east coast toward Russia) with a capacity of 30bcm. Evidently, Russia hopes to cluster additional Central Asian gas from Turkmenistan (and Kazakhstan).
Fifth, Moscow and Ashgabat agreed to build jointly an east-west pipeline connecting all Turkmen gas fields to a single network so that the pipelines leading toward Russia, Iran and China can draw from any of the fields.
Indeed, against the backdrop of the intensification of the US push toward Central Asia, Medvedev’s visit to Ashgabat impacted on regional security. At the joint press conference with Medvedev, Berdymukhammedov said the views of Turkmenistan and Russia on the regional processes, particularly in Central Asia and the Caspian region, were generally the same. He underlined that the two countries were of the view that the security of one cannot be achieved at the expense of the other. Medvedev agreed that there was similarity or unanimity between the two countries on issues related to security and confirmed their readiness to work together.
The United States’ pipeline diplomacy in the Caspian, which strove to bypass Russia, elbow out China and isolate Iran, has foundered. Russia is now planning to double its intake of Azerbaijani gas, which further cuts into the Western efforts to engage Baku as a supplier for Nabucco. In tandem with Russia, Iran is also emerging as a consumer of Azerbaijani gas. In December, Azerbaijan inked an agreement to deliver gas to Iran through the 1,400km Kazi-Magomed-Astara pipeline.
The “big picture” is that Russia’s South Stream and North Stream, which will supply gas to northern and southern Europe, have gained irreversible momentum. The stumbling blocks for North Stream have been cleared as Denmark (in October), Finland and Sweden (in November) and Germany (in December) approved the project from the environmental angle. The pipeline’s construction will commence in the spring.
The $12-billion pipeline built jointly by Gazprom, Germany’s E.ON Ruhrgas and BASF-Wintershall, and the Dutch gas transportation firm Gasunie bypasses the Soviet-era transit routes via Ukraine, Poland and Belarus and runs from the northwestern Russian port of Vyborg to the German port of Greifswald along a 1,220km route under the Baltic Sea. The first leg of the project with a carrying capacity of 27.5bcm annually will be completed next year and the capacity will double by 2012. North Stream will profoundly affect the geopolitics of Eurasia, trans-Atlantic equations and Russia’s ties with Europe.
To be sure, 2009 proved to be a momentous year for the “energy war”. The Chinese pipeline inaugurated by President Hu Jintao on December 14; the oil terminal near the port city of Nakhodka in Russia’s far east inaugurated by Prime Minister Vladimir Putin on December 27 (which will be served by the mammoth $22-billion oil pipeline from the new fields in eastern Siberia leading to China and the Asia-Pacific markets); and the Iranian pipeline inaugurated by Ahmadinejad on January 6 – the energy map of Eurasia and the Caspian has been virtually redrawn.
The year 2010 begins on a fascinating new note: will Russia, China and Iran coordinate future moves or at least harmonize their competing interests?

Pembangunan Jalur Pipa Gas South Stream dan Sistem Pertahanan Rudal Eropa

Pertanyaan:
Pada tanggal 22/2/2012 presiden Russia mengeluarkan instruksi kepada perusahaan gas Russia Gaz Prom untuk mulai membangun jalur pipa South Stream yang akan mengalirkan gas melalui wilayah perairan Turki ke Eropa dengan volume 63 miliar meter kubik pertahun.  Sebelumnya pada tanggal 28 Desember 2011 telah ditandatangani perjanjian yang mengijinkan pembangunan jalur pipa South Stream.  Proyek tersebut dinilai sebagai pesaing dan alternatif bagi proyek jalur pipa Nabucco yang didukung oleh barat…
Apa yang membuat Turki menyetujui proyek jalur pipa South Stream Russia? Padahal dahulu Turki menolaknya dengan tegas.  Sebagai gantinya, Turki mengadopsi proyek Nabucco.  Apakah itu merupakan kesepakatan antara Russia dengan Turki dan Amerika yang di belakang Turki?  Jika tidak, lalu seperti apa kesepakatan itu?


Jawab:
Sebab perubahan sikap Turki akan tampak jelas dari fakta proyek Nabucco dan proyek South Stream serta kondisi yang melingkupi kedua proyek tersebut:

Pertama, jalur pipa gas Nabucco (Nabucco pipeline) adalah jalur pipa sepanjang 3.900 kilometer dengan kapasitas 31 miliar meter kubik.  Pihak yang mendorong pembangunannya adalah Uni Eropa, Turki dan AS di belakangnya, untuk mengalirkan gas alam dari negara-negara di sekitar laut Kaspia ke Turki lalu ke Austria melalui Bulgaria, Rumania dan Hungaria.  Jalur pipa Nabucco akan melintas dari Erzurum di Turki ke Baumgarten an der March yang merupakan markas utama gas alam di Austria.
Rute jalur pipa Nabucco itu menjauhi wilayah Russia.  Karena itu Russia menyebut proyek jalur pipa Nabucco tersebut sebagai proyek anti Russia.
Pada awalnya proyek Nabucco itu dirancang untuk mengekspor gas alam dari Turkmenistan yang memiliki cadangan gas alam terbesar keempat di dunia.  Akan tetapi intervensi Russia terhadap Turkmenistan membuat tidak mungkin mengikutsertakan Turkmenistan ke dalam proyek tersebut.  Oleh karena itu sejak tahun 2008 terjadi pemikiran ulang mencari alternatif sumber gas.  Alternatif yang paling mudah adalah gas Azerbaijan.
Persiapan proyek Nabucco itu telah dimulai Februari 2002 bersamaan dengan penandatanganan kesepakatan antara dua perusahaan yaitu Austrian OMV dan Turkish Boattash.  Pada Juni 2002 lima perusahaan yaitu OMV Austria, MOL Hungaria, Bulgargaz dari Bulgaria, Transgaz dari Romania dan BOTAS dari Turki, menandatangani protokol niat membangun jalur pipa Nabucco.  Protokol itu diikuti dengan kesepakatan kerjasama pada bulan Oktober 2002. Pada Desember 2002 Komisi Eropa memberikan 50 % dari estimasi biaya total studi kelayakan termasuk di dalamnya analisis pasar, studi teknik, ekonomi dan keuangan.  Pada tanggal 28 Juni 2005 ditandatangani perjanjian kerjasama antara lima perusahaan tersebut dalam proyek Nabucco.  Pernyataan kementerian proyek jalur pipa Nabucco ditandatangani pada tanggal 26 Juni di Vienna.  Dan pada 12 September 2007 Jozias van Aartsen dicalonkan oleh Komisi Eropa sebagai koordinator proyek Nabucco.  Pada Februari 2008 perusahaan Jerman RWE ikur bergabung dalam konsorsium proyek jalur pipa gas Nabucco ke Bulgaria.
Pada tanggal 19 Januari 2009, Perdana Menteri Turki Recep Tayep Erdogan menyatakan bahwa Turki bisa saja menarik diri dari proyek Nabucco jika negosiasi masuknya Turki ke Uni Eropa terus dihambat.  Pada tanggal 27 Januari 2009, KTT Nabucco diselenggarakan di Budapest.  Pada KTT itu, presiden Bank Investasi Eropa (the European Investment Bank - EIB) dan Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (the European Bank for Reconstruction and Development - ERBD) menyatakan bahwa kedua bank tersebut siap untuk memberikan dukungan finansial bagi proyek jalur pipa gas Nabucco.
Pada tanggal 29 Januari 2009, presiden Azerbaijan, Ilham Aliav menyatakan bahwa Azerbaijan berencana meningkatkan produksi gasnya minimal menjadi dua kali lipat pada lima tahun ke depan untuk mendukung jalur pipa tersebut.
Pada tanggal 13 Juli 2009, Turki dan beberapa negara Uni Eropa membuat kesepakatan untuk mendorong proyek jalur pipa Nabucco yang akan mensuplay Eropa dengan gas dari Asia Tengah dan Timur Tengah melalui Turki.  Implikasi dari kesepakatan itu, ketergantungan Eropa terhadap gas Russia akan menurun.
Perdana Menteri Turki, Austria, Bulgaria, Romania dan Hungaria menandatangani kesepakatan yang memberikan ijin jalur pipa itu melalui wilayah negaranya dan ijin atas implementasi koalisi perusahaan swasta yang terbentuk dalam KTT Nabucco.  KTT tersebut diselenggarakan di ibukota Turki, Ankara pada tanggal 13 Juli 2009.
Turki yang berambisi untuk bergabung ke Uni Eropa, berharap proyek Nabucco akan menguatkan posisi Eropanya melalui aktivitas Turki menjadi pusat energi bagi barat.

Kedua, proyek jalur pipa South Stream:
Adalah proyek jalur pipa untuk mengalirkan gas Russia melalui laut hitam ke Bulgaria, Yunani, Italia dan Austria. Diperkirakan proyek tersebut selesai pada tahun 2015.  Proyek jalur pipa South Stream itu tampak sebagai rencana untuk melawan jalur pipa Nabucco dan untuk menghancurkan efektifitasnya, bahkan untuk menghancurkan proyek itu secara final.  Sebab jalur pipa Nabucco mengabaikan Russia dan menjauhi wilayah Russia.  Russia menganggapnya sebagai proyek anti Russia.
Proyek jalur pipa South Stream diumumkan pada tanggal 23 Juni 2007.  Pengumuman itu dilakukan melalui penandatanganan MoU antara Russia dan Italia di Roma, antara perusahaan Eni Paolo Scroni dan perusahaan Gaz Prom Russia.
Pada tanggal 22 November 2007, kedua perusahaan itu menandatangani kesepakatan final seputar proyek tersebut di Moscow.  Russia mengerahkan segenap upayanya untuk meyakinkan negara-negara Eropa agar menandatangani proyek tersebut.  Maka Russia dan Bulgaria menandatangani kesepakatan pada tanggal 18 Januari 2008, Russia dan Hungaria pada tanggal 25 Januari 2008 dan Russia Yunani pada tanggal 29 April 2008.
Pada tanggal 15 Mei 2009, Russia, Italia, Bulgaria, Serbia dan Yunani menandatangani kesepakatan pembangunan jalur pipa South Stream.  Setelah itu pada tanggal 14 November 2009 Russia dan Slovakia juga menandatangani kesepakatan serupa dan ditegaskan lagi pada tanggal 21 Maret 2011.  Dan pada tanggal 2 Maret 2010 Russia dan Kroatia menandatangani kesepakatan serupa.
Turki menentang proyek jalur pipa South Stream.  Turki mengerahkan sepenuh kekuatan, begitu pula Uni Eropa, juga AS yang ada di belakang Turki, untuk mempromosikan proyek jalur pipa Nabucco…  Turki dan Russia masuk dalam perselisihan tentang proyek jalur pipa South Stream…  Akan tetapi, Turki pada tanggal 28 Desember 2011 menyetujui proyek itu dan mengijinkan proyek itu melalui wilayah perairannya di Laut Hitam.
Surat kabar Ash-sharqul Awsath (Middle East) menyebutkan, perdana menteri Russia Vladimir Putin telah mengumumkan pada tanggal 28 Desember 2011 bahwa Ankara menyetujui pembangunan jalur pipa gas alam South Stream melalui wilayah perairan Turki di Laut Hitam.
Kantor berita Interfax Russia menyebutkan bahwa pengumuman itu disampaikan Putin di Moscow selama perayaan penandatanganan kontrak antara eksekutif di Gaz Prom perusahaan gas nasional Russia yang memegang monopli pengelolaan gas di Russia, dan Lembaga Energi Turki Botas dengan dihadiri oleh menteri energi Turki Taner Yildiz.  Proyek jalur pipa South Stream bisa dinilai sebagai proyek joint venture yang dimiliki secara bersama oleh Russia, Italia, Jerman dan Prancis.  Jalur pipa South Stream yang melalui dasar Laut Hitam akan menghubungkan lapangan gas alam di laut Kaspia dengan konsumen gas di Eropa selatan dan tengah.  Diizinkannya jalur pipa South Stream ini melalui perairan yang relatif dangkal di Turki bisa menghindari biaya yang lebih besar dibanding jika harus melalui perairan internasional yang lebih dalam.
Reuters menyebutkan bahwa Putin menyatakan di Moscow pada Rabu 28 Desember 2011: “saya ingin berterima kasih kepada pemerintah Turki atas keputusannya yang mengizinkan dibangunnya jalur pipa South Stream di kawasan ekonomik Turki”.
Pada tanggal 3 Oktober 2011 dibentuk perusahaan untuk membangun dan mengoperasikan jalur pipa South Stream yaitu South Stream AG yang dibentuk dari perusahaan-perusahaan berikut: Gaz Prom Russia, Eni Italia, Electricite Prancis dan Wintershall Jerman.  Keempat perusahaan itu memiliki share masing-masing: Gaz Prom 50%, Eni 20%, Electricite 15% dan Wintershall 15%.
Proyek jalur pipa South Stream merupakan saingan bagi proyek jalur pipa Nabucco.  Perlu diketahui bahwa jalur pipa South Stream membutuhkan biaya antara 19 - 24 miliar Euro.  Jumlah itu sekitar dua kali lipat biaya jaur pipa Nabucco yang pada awalnya menelan biaya sekitar 12 miliar Euro.
Proyek tersebut ditujukan untuk mensuplay Eropa barat dengan gas alam Russia melalui dasar Laut Hitam melintas ke Bulgaria, Hungaria, Serbia dan Slovakia.  Proyek tersebut terdiri dari empat jalur pipa paralel masing-masing sepanjang 940 km.  Karena itu proyek tersebut mampu memproduksi 63 miliar meter kubik pertahun.
Proyek yang akan dioperasikan akhir tahun 2015 itu, pasti akan menyaingi proyek jalur pipa gas Nabucco.  Jalur pipa gas Nabucco akan mensuplay Eropa barat dengan gas Kaukasus melalui Turki dan Balkan tanpa transit melalui Russia.

Ketiga, dari paparan sebelumnya tampak jelas bahwa proyek jalur pipa Nabucco mengabaikan Russia dengan menjauhi wilayah Russia, akan tetapi melalui wilayah Turki ke Eropa.  Tampak jelas bahwa Turki mendukung denga kuat proyek jalur pipa Nabucco.  Turki berharap itu akan menguatkan posisinya untuk masuk ke Uni Eropa dengan anggapan Turki menjadi penghubung mendasar transfer gas dari daerah-daerah laut Kaspia ke Eropa tanpa melewati Russia.  Demikian juga tampak jelas bahwa proyek jalur pipa South Stream adalah proyek Russia untuk melemahkan proyek jalur pipa Nabucco, atau bahkan menghancurkannya.
Turki ingin tetap mengontrol sebesar mungkin atas transfer gas ke Eropa, sesuatu yang secara substansial tidak bisa direalisasi oleh proyek jalur pipa South Stream …  Di sinilah pertanyaannya: apa yang membuat Turki menandatangani perjanjian kebolehan jalur pipa South Stream melintas melalui wilayah perairannya padahal Turki paham bahwa proyek Russia itu tujuan pertamanya adalah menyaingi jalur pipa Nabucco dan mengeliminasinya sehingga tidak berguna?
Pemerintah Turki berusaha menampakkan bahwa ia menyetujui jalur pipa South Stream sebagai kompensasi persetujuan Russia terhadap jalur pipa Samsun Geyhan.  Hal itu dijadikan justifikasi persetujuan Turki terhadap proyek jalur pipa South Stream yang sebelumnya ditentangnya dengan begitu kuat.  Padahal itu merupakan justifikasi yang tidak kuat dilihat dari dua sisi:
Pertama, proyek jalur pipa South Stream pada dasarnya dibangun untuk melawan proyek jalur pipa Nabucco karena proyek jaur pipa Nabucco mengabaikan Russia.  Maka Russia mengerahkan segenap daya upayanya untuk menghancurkan proyek jalur pipa Nabucco dengan membangun proyek jalur pipa South Stream.  Masalah itu tidak berkaitan dengan jalur pipa Samsun Geyhan.  Setiap pengamat politik mengetahui bahwa proyek jalur pipa South Stream adalah lawan dari proyek jalur pipa Nabucco.
Kedua, jalur pipa Samsun Geyhan adalah jalur pipa antara dua pelabuhan Turki dan hanya melalui wilayah Turki.  Turki bisa dengan mudah membangunnya seandainya menginginkannya disertai suatu kesepahaman khusus tentang transpor gas melalui jalur pipa tersebut.  Akan tetapi, Turki mendeskripsikan bahwa Russia memberikan konsesi dan menyetujui jalur pipa Samsun Geyhan dan bahwa Turki memberikan konsesi dan menyetujui jalur pipa South Stream!
Yang lebih kuat dalam masalah tersebut bahwa persetujuan Turki atas proyek jalur pipa South Stream setelah sebelumnya Turki menentangnya dengan sangat keras, adalah karena perkara lain.  Yaitu apa yang dimunculkan oleh persetujuan Turki terhadap pembangunan radar pertahanan rudal di wilayahnya memenuhi permintaan Amerika atas nama NATO.  Masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Pada musim semi tahun 2011 terjadi peristiwa baru.  Yaitu masalah pertahanan rudal Amerika. Amerika berencana akan membangun sistem pertahanan rudal itu.  Bagian dari pertahanan rudal itu adalah pembangunan radar raksasa …
Pada awalnya, Amerika berpikir akan membangunnya di beberapa negara Eropa timur.  Ketika Obama menjabat, ia mulai berpikir untuk membangunnya di Turki atas nama NATO dan Turki adalah bagian dari NATO.  Radar ini bisa memonitor ke arah tenggara sampai ribuan kilometer.  Turki pada tanggal 9 Januari 2012 mengumumkan persetujuannya atas pembangunan radar peringatan dini di wilayahnya dalam kerangka “pertahanan” rudal yang ingin disebarkan oleh NATO di Eropa.
Beberapa jam sebelum itu Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan pernyataan yang di dalamnya dinyatakan: “Turki menyambut pembangunan sistem radar peringatan dini di wilayah kami, yang dibangun oleh Amerika Serikat untuk NATO.  Hal itu akan menjadi kontribusi negara kami dalam hal pertahanan yang dikembangkan dalam konteks strategi baru NATO, yang akan memperkuat kemampuan pertahanan NATO dan pertahanan nasional”.
Kantor berita Anatolia mengutip pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki bahwa posisi radar itu ada di kota Malatya, yang berjarak sekitar 400 mil atau sekitar 650 kilometer dari tenggara ibukota Ankara …  Ia menggarisbawahi bahwa fasilitas radar itu dikelola oleh dua militer yaitu militer Turki dan Amerika Serikat.
Turki menjadi satu dari lima negara Eropa yang menampakkan persetujuannya menjadi tuan rumah bagi sistem rudal yang didesain di Amerika Serikat.  Portugal, Polandia, Spanyol dan Romania menyambut pembangunan bagian dari sistem rudal itu di wilayah mereka.
Radar di Turki akan menjejaki rudal yang menyerang yang akan diintersepsi oleh rudal di Romania dan Polandia.  Sementara pusat operasi ada di Jerman.  Perlu diketahui bahwa ada empat sistem anti rudal balistik di kota Rota Spanyol.
Sebagai justifikasi persetujuan Turki atas pembangunan radar, Abdullah Gul mengatakan dalam wawancara televisi setelah keluar persetujuan Turki.  Ia mengatakan bahwa “NATO mengadopsi sistem pertahanan itu dan memutuskan untuk membangunnya di sejumlah negara anggota dan Turki menerima, sebagai anggota NATO, pembangunan radar yang ada di bawah sistem pertahanan itu di wilayah Turki sebagai pelaksanaan dari kewajiban yang ada di protokol NATO”.  Gul menambahkan, “sistem radar yang dibangun di wilayah tenggara Turki beberapa bulan sebelumnya itu merupakan langkah dalam konteks misi pertahanan NATO melawan bahaya rudal balistik yang mungkin mengancam negara-negara NATO”.
Hanya saja, persetujuan Turki ditandatangani dalam oposisi melawan Russia.  Oleh karena itu, Putin dalam pidatonya setelah persetujuan Turki itu mengatakan, “Russia akan mempersenjatai diri dengan kuat sampai akhir supaya bisa menghadapi ancaman-ancaman barat terutama pertahanan rudal yang dibangun di bagian timur Eropa dan bagian selatan di Turki”.

Keempat, begitulah perkaranya menjadi krisis antara Russia dan Turki.  Serangkaian pernyataan para pejabat Russia keluar berturut-turut menyikapi persetujuan Turki itu:
- Setelah Truki mengumumkan persetujuannya atas pembangunan radar pada tanggal 1 September 2011, Savkin Nikolai peneliti di Pusat Kajian Strategis (Centre of Strategic Research) yang berpusat di Moscow mengomentari pembangunan radar itu. Ia mengatakan, “proyek baru untuk menyebarkan pertahanan termasuk membangun radar di Turki, bisa mengkover secara total wilayah selatan Russia, khususnya laut Hitam dan Kaukasus dimana di situ banyak tersebar pangkalan militer Russia, semua itu akan berada di bawah kontrol NATO”.
- Pada tanggal 10 Oktober 2011 (sumber Aljazeera dari media Jerman): “dari sisinya, menteri luar negeri Russia, Sergei Lavrov kembali mengulangi sikap pemerintahnya menentang penyebaran sistem radar itu.  Ia mengatakan bahwa Moscow akan mengambil reaksi balasan secara cepat dalam kondisi sistem itu benar-benar di bangun.  Ia mengatakan bahwa satu-satunya negara yang disasar NATO dan mungkin berpengaruh terhadap persenjataannya adalah Russia.  Ia menambahkan dalam sebuah wawancara dengan majalah Austria, Profile : “dikatakan kepada kami bahwa sistem itu tidak diarahkan melawan kami.  Akan tetapi (negara-negara NATO) menolak untuk berjanji dengan komitmen resmi melalui perjanjian. Kami mungkin membalas tanpa mengerahkan upaya besar atau menanggung biaya banyak”.
- Pada tanggal 23 November 2011 (sumber EUR News): Presiden Russia, Dmitry Medvedev mengatakan, “jika situasi terus berlangsung mengancam kepentingan Russia, kami berhak untuk menghentikan kelanjutan pelaksanaan keputusan kontrol (pembatasan) senjata”.  Ia menambahkan seraya mengancam akan membangun rudal penyerang canggih di wilayah barat dan selatan Russia yang menurut ucapannya akan mampu menghancurkan (menargetkan) instalasi pertahanan rudal Amerika di Eropa”.
- Pada tanggal 29 November 2011 (sumber BBC).  Russia mengaktifkan sistem radar peringatan dini dari serangan rudal di perbatasan sbelah barat sebagai balasan atas rencana Amerika membangun pertahanan rudal di Eropa.
Presiden Dmitry Medvedev mengeluarkan instruksi pengaktifan sistem tersebut dalam kunjungan yang dilakukannya ke satuan radar di Kaliningrad di wilayah Baltik yang berbatasan dengan Uni Eropa.  Satuan tersebut dilengkapi dengan sistem radar Voronezh-M yang baru.
Medvedev memperingatkan bahwa Russia mungkin akan membangun rudal di dekat perbatasan Uni Eropa, jika Amerika Serikat terus membangun pertahanan rudal.
Kantor berita Interfax Russia menisbatkan sebuah pernyataan kepada Medvedev, “jika step ini mereka abaikan, maka kami akan membangun alat-alat pertahanan termasuk mengambil langkah-langkah yang keras dan membangun kekuatan penyerang”.
Medvedev berbicara tentang penyebaran rudal “Alexander” pengembangan lanjut dari rudal Scud darat ke darat yang bersifat mobile.
- Russia Today mengutip presiden Dmitry Medvedev pada tanggal 29 November 2011 telah mengaktifkan pengoperasian sistem radar peringatan dini atas serangan rudal.  Maka secara resmi Medvedev mengumumkan bahwa radar itu tidak diarahkan melawan barat.  Ia mengatakan sistem radar itu masuk dalam langkah-langkah serupa sebagai respon pembangunan sistem pertahanan rudal di Eropa.
- Pada tanggal 7 Desember 2011 (sumber dikutip dari berbagai kantor berita), kepala staf Angkatan Bersenjata Russia mengatakan bahwa rencana pembangunan pertahanan rudal Eropa tidak menyisakan pilihan untuk negaranya kecuali memperkuat pertahanannya.  Ia menegaskan bahwa Moscow tidak ingin melakukan perlombaan senjata nuklir.
Nikolai Makarov menyebutkan bahwa ide pendirian pertahanan rudal di Eropa bisa memperumit -dengan cepat dan berbahaya- hubungan Russia dengan NATO.
Menteri luar negeri Russia, Sergei Lavrov pada tanggal 7 Desember 2011 di Vilnius ibukota Lithuania menyarankan agar Moscow diberi jaminan tertulis dari NATO yang menegaskan bahwa pertahanan rudal di Eropa tidak menciptakan ancaman bagi Russia.
Hal itu datang ketika para menteri luar negeri NATO ambil suara untuk mendinginkan suasana dengan Russia dalam pertemuan tanggal 7 dan 8 Desember 2011 di Brussels.
Sumber-sumber diplomasi mengisyaratkan bahwa anggota NATO akan menegaskan kembali bahwa proyek pertahanan rudal akan dilanjutkan dan bahwa itu bukan diarahkan melawan Russia.
Masih dalam kaitan dengan konteks tersebut, Presiden Dmitry Medvedev memulai kunjungan satu hari ke Prague untuk mendiskusikan sikap Moscow terhadap pertahanan rudal NATO di Eropa.
Russia mulai menyebarkan sistem persenjataan barunya di daerah Kaliningrad di wilayah barat Russia untuk menjaga kesimbangan kekuatan diantara kedua kubu seiring dengan pengoperasian pertahanan rudal balistik NATO.
- Pada tanggal 8 Desember 2011 (sumber Kantor berita ITAR-TASS yang dilansir oleh Russia Today) pasca pertemuan Russia-NATO pada hari Kamis 8 Desember 2011, Sergei Lavrov mengatakan bahwa Russia tidak mungkin mentolerir bahwa sistem pertahanan rudal Amerika mengkover sebagian wilayah Russia.  Perlu diketahui, radar baru yang akan dibangun di Turki dalam kerangka pertahanan rudal akan bisa memonitor sebagian besar wilayah Russia.  Ia menambahkan, Russia bertekad menjamin keamanannya bersandar pada kemampuannya sendiri.

Kelima: akan tetapi krisis antara Russia dan Turki akibat persetujuan Turki atas pembangunan radar itu telah menurun pada akhir tahun lalu, khususnya ketika Turki menyetujui proyek jalur pipa South Stream pada tanggal 28 Desember 2011 dimana setelah itu berturut-turut keluar serangkaian pernyataan yang melunak tentang radar dan pertahanan rudal NATO itu:
Pada awal Februari 2012, Komite Keamanan Eropa Atlantik seperti dikutip oleh Aljazeera, mengumumkan usulan yang menegaskan bahwa Amerika Serikat dan negara-negara NATO dan Russia harus bekerjasama dalam hal yang berkaitan dengan masalah kutub utara, masalah-masalah energi dan perselisihan regional disamping masalah pertahanan rudal.
Usulan baru yang disampaikan Komite Keamanan Eropa Atlantik menyatakan bahwa Amerika Serikat, NATO dan Russia harus bertukar informasi intelijen tentang radar dan satelit untuk peringatan dini serangan rudal.  Berikutnya, masing-masing pihak memberikan kepada pihak lain deskripsi yang jelas dari serangan apapun.  Dengan ketentuan, masing-masing pihak bertanggungjawab menjatuhkan rudal penyerang yang mengancamnya dan menjadi pemilik kedaulatan dan tanggungjawab atas rudal-rudal anti rudal balistik miliknya.
- Pada tanggal 29 Februari 2012 (sumber Russia Today dari kantor berita ITAR-TASS Russia), “dari sisi lain, wakil menteri luar negeri Russia, Ryabkov, menggarisbawahi bahwa hubungan-hubungan Russia dengan NATO adalah buruk.  Ia mengatakan, “kami sekarang siap untuk melakukan manuver-manuver pertahanan rudal di pentas aktivitas perang”.  Ia menambahkan, “saya berharap bahwa dalam waktu dekat kita akan mendengar berita baik dalam konteks ini”.  Telah dinyatakan sebelumnya bahwa keputusan partisipasi Russia di KTT NATO yang disepakati akan diselenggarakan pada bulan Mei di Chicago telah selesai dikaji”.
- Pada tanggal 7 Maret 2012 (sumber Russia Today) Anatoly Serdyukov mengatakan bahwa Menteri Pertahanan akan melangsungkan konferensi internasional tentang anti rudal balistik pada awal bulan Mei di Moscow.  Semua negara yang berkaitan akan diundang hadir.  Hal itu datang pasca pertemuannya dengan sejawatnya dari Ukrania, Dmitry Solomatin pada tanggal 7 Maret di Moscow.
Sesuai ucapannya, dalam konferensi itu ia mengundang perwakilan dari semua negara yang punya perhatian dan para ahli dari organisasi non pemerintah.
Sesuai informasi dari Menteri Pertahanan Russia, konferensi tersebut akan diadakan dalam jangka waktu dari tanggal 3 - 4 Mei tahun ini.  Tema konferensi adalah “Elemen Pertahanan Rudal dan Pembentukan Keamanan Antariksa Baru”.
- Pada tanggal 10 Maret 2012 (sumber Aljazeera dari berbagai kantor berita), “pernyataan Gedung Putih menyatakan bahwa presiden Obama dan presiden terpilih Putin bersepakat -dalam kontak telepon- atas pentingnya bekerja untuk menseting ulang hubungan yang penuh kesuksesan pada tahun-tahun mendatang”.
Pernyataan itu menambahkan bahwa kedua pemimpin bersepakat untuk melanjutkan diskusi dalam ruang yang di dalamnya ada perbedaan diantara kedua negara, diantaranya masalah anti rudal balistik”.
Dan dari sisinya, salah seorang pembantu Putin mengatakan kepada kantor berita Russia RIA Novosti bahwa Obama memberitahu Putin akan kesiapannya untuk bekerja dengannya secara dekat”.

Keenam: begitulah nada pernyataan Russia terhadap pembangunan radar di Turki telah melunak.  Bahkan sampai pada melunaknya nada pernyataan Russia dari konfrontasinya yang sengit terhadap sistem anti rudal balistik.  Sekarang semua mata melihat ke arah pembahasan-pembahasan antara Russia dan NATO untuk menyelesaikan masalah ini dengan solusi yang tenang melalui berbagai pembahasan dan konferensi, bahkan melalui kerjasama dalam beberapa manuver.
Karena itu, yang lebih kuat adalah bahwa persetujuan Turki atas proyek jalur pipa South Stream itu hampir-hampir merupakan kesepakatan dengan Russia agar Russia tidak menentang pembangunan radar sebagai bagian dari sistem anti rudal balistik yang dibangun oleh NATO.

Ketujuh: penting disebutkan bahwa justifikasi yang ditampakkan oleh pemerintah Turki untuk membangun radar tidak bisa dijadikan hujjah. Jika radar itu dibawah supervisi dan komando militer Turki dan bahwa tidak ada hubungan dengan NATO atau Amerika barulah perkara itu benar.  Penyiapan segala persiapan untuk menjaga keamanan negeri kaum Muslimin dan untuk membela mereka merupakan perkara yang dituntut di dalam Islam.
}وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ{
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (QS al-Anfal [8]: 60)
Akan tetapi masalahnya tidak demikian.  Proyek tersebut pada dasarnya merupakan ide Amerika kemudian diberi kover NATO untuk menciptakan justifikasi formal bagi Turki untuk memberi persetujuan dengan anggapan Turki adalah negara anggota NATO.  Maksud dari proyek itu adalah menjaga keamanan kaum kafir imperialis di Eropa dan Amerika berikut para pengikut mereka …
Hal yang makin menegaskan bahwa pembangunan radar itu demi kepentingan Amerika pada tingkat pertama adalah apa yang dinyatakan oleh komandan militer Amerika di Eropa dan komandan militer ke-7, Mark Hertling dimana ia mengumumkan pada tanggal 27 Februari 2012, pada pernyataan pertamanya seputar masalah ini, yaitu pernyataan bahwa pasukan dan ahli-ahli militer Amerika telah bermarkas di instalasi radar di Malatya.  Ia mengatakan, “pasukan kami sudah bermarkas di stasiun radar di wilayah selatan Turki”.  Ia mengatakan itu dari Podgorica ibukota Mountenegro.  Ia menambahkan, “saya hanya membicarakan satuan pertahanan darat. Akan tetapi koordinasi juga dilakukan dengan angkatan udara dan angkatan laut Amerika.  Dan saya pikir kami sudah ada dalam jalur yang benar sesuai dengan rencana pertahanan rudal”.
Jelas dari situ bahwa kedaulatan riil di stasiun radar itu ada di tangan angkatan udara dan angkatan laut Amerika Serikat.
 Hal itu menjadikan kaum kafir imperialis memiliki jalan untuk mengusai negeri kaum Muslimin.  Padahal Allah SWT berfirman:
}وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً{
dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman. (QS an-Nisa’ [4]: 141)
Artinya, partisipasi Turki dengan NATO itu tidak setara.  Akan tetapi posisi Turki di situ adalah posisi pengikut kepada pihak yang diikuti …  Akan tetapi, seandainya itu merupakan partisipasi yang riil maka hal itu di dalam Islam adalah tidak boleh.  Sebab meminta bantuan kepada kaum kafir adalah haram dan merupakan dosa besar.  Rasulullah saw dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dari Aisyah ummul mukminin ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
«إِنَّا لاَ نَسْتَعِينُ بِمُشْرِكٍ»
Kita tidak meminta bantuan kepada orang musyrik
Demikian pula, apa yang dikeluarkan oleh an-Nasai dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
«لاَ تَسْتَضِيئُوا بِنَارِ الْمُشْرِكِينَ»
Jangan meminta penerangan dengan api kaum musyrik

18 Rabiuts Tsani 1433 H
11 Maret 2012 M