Visi Geospasial

Rasulullah Saw bersabda : “Allah memperlihatkan kepadaku seluruh penjuru bumi ini. Aku melihat bagian Timur dan Baratnya, dan aku melihat umatku akan menguasai apa yang telah Dia tunjukkan kepadaku”. (HR.Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Wednesday, November 12, 2014

Jalur Sutra Baru Versi Cina

Visi Beijing untuk menata ulang peta geopolitik di Asia mulai terlihat di Horgos, sebuah lembah di perbatasan Cina-Kazakhstan. Sejauh mata memandang, terlihat puncak pegunungan bersalju. Lokasi terpencil ini dulu sempat menjadi titik transit pedagang-pedagang Jalur Sutra. Di tempat-tempat seperti ini, Cina tengah membangun beberapa kota baru.


Dengan luas lebih dari dua kali area New York City, Horgos hanya dihuni 85.000 warga sejak didirikan pada September. Kota Horgos saat ini merupakan gabungan beberapa kota kecil yang sudah ada sebelumnya, ditambah desa-desa di sebuah area yang dikenal oleh penduduk setempat karena kebun bunga lavender.

Cina berencana mengubah kota sepi di perbatasan itu menjadi pusat rel kereta, energi, dan logistik internasional yang dinamakan “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra.” Rencana ini diumumkan Presiden Xi Jinping tahun lalu. Tujuannya adalah mendirikan rute perdagangan dan transportasi baru antara Cina, Asia Tengah, dan Eropa.

Menurut diplomat dan analis yang meneliti rencana Beijing, Horgos adalah elemen kecil dari upaya Cina untuk mendekatkan wilayah di sekeliling negara itu lewat saluran pipa gas, jalan, rel kereta, dan pelabuhan.

Rencana Beijing tersebut juga meliputi kerja sama perdagangan bebas Asia Pasifik, pendirian Bank Investasi Infrastruktur Asia senilai $50 miliar, serta program Dana Jalur Sutra sebesar $40 miliar yang diumumkan Xi minggu lalu. Pemerintah menjanjikan bantuan serta investasi dari perusahaan-perusahaan negara dan swasta Cina.

Dalam pidatonya di hadapan para petinggi perusahaan, Minggu, Xi mengatakan Jalur Sutra yang baru akan mendorong pertumbuhan dan memperbaiki infrastruktur di seluruh Asia. Ini dimaksudkan guna mewujudkan “mimpi Asia-Pasifik”, yang selaras dengan slogan politik Xi di dalam negeri, “Mimpi Cina” untuk meremajakan kembali negara Tirai Bambu tersebut. “Dengan kebangkitan kekuatan nasional, Cina mampu dan bersedia menyediakan lebih banyak barang-barang publik untuk Asia Pasifik dan seluruh dunia,” kata Xi.

Perwakilan pemerintah Cina tidak merespons permintaan untuk berkomentar. Minggu lalu, Xi mengatakan bank infrastruktur yang baru dan Dana Jalur Sutra akan “melengkapi, bukan menggantikan” institusi kredit yang telah ada di Cina.

Sabuk Ekonomi Jalur Sutra, salah satu pilar “Mimpi Cina”, diajukan Xi saat melawat ke Asia Tengah pada September 2013. Ia menyerukan pembangunan koridor transportasi yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Laut Baltik serta menjalin Asia Timur dengan Asia Selatan dan Timur Tengah. Koridor ini akan melayani pasar gabungan dengan total konsumen sekitar tiga miliar orang.

Saat melawat ke Indonesia, Oktober 2013, ia kembali mengajukan pilar lain: sebuah koridor perdagangan maritim yang disebutnya sebagai Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Ini mencakup pembangunan atau perluasan pelabuhan dan kompleks industri di seluruh Asia Tenggara dan beberapa negara seperti Sri Lanka, Kenya, dan Yunani. Xi juga berambisi memperbesar volume perdagangan bilateral dengan Asia Tenggara sampai $1 triliun pada 2020—lebih dari dua kali lipat nilai perdagangan Cina-Asia Tenggara tahun lalu.

Dalam lawatannya, Xi mengutip semangat Zheng He, yang juga dikenal sebagai Cheng Ho. Ia adalah laksamana yang memimpin armada kapal harta Cina ke Afrika pada abad ke-15 dan dipandang sebagai wajah era kepemimpinan maritim Cina.

“[Xi] menerapkan konsep yang telah ada sejak dulu,” kata Chris Johnson, mantan analis CIA untuk Cina yang kini bekerja untuk Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS). “Namun Xi benar-benar melakukannya, mewujudkannya, mendanainya, dan berkata kepada semua orang di dunia, ‘Saya serius soal ini.’”

Rencana Xi tampaknya mencerminkan sikap Cina untuk lebih memilih berpihak pada negara berkembang ketimbang bekerja dengan Amerika Serikat, kata Johnson. Cina tampaknya tidak ingin bekerja sama dengan tata dunia internasional yang didominasi Barat.

Sumber : Wall Street Journal Indonesia

http://indo.wsj.com/posts/2014/11/10/jalur-sutra-baru-versi-cina/?mod=WSJIdn_WSJINDOHome_WhatsNews_2_4_Left_Headlines

No comments:

Post a Comment