Samudera India merupakan arena persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam hal interlocks Pasifik dan persaingan regional antara China dan India, disamping juga perlawanan Amerika Serikat terhadap terorisme Islam di Timur Tengah serta upaya AS untuk memasukkan Iran kedalamnya.
Lebih dari sekedar fitur geografis, wilayah Samudera India yang meliputi seluruh busur Islam dari Gurun Sahara sampai ke kepulauan Indonesia ini adalah sebuah “ide” yang menggabungkan sentralitas Islam dengan politik energi global dan bangkitnya India dan China, yang mengungkap kondisi tata dunia yang berlapis-lapis dan multipolar. [1]
Samudera Hindia pun kian jadi sorotan, seiring dengan kenyataan bahwa pusat kegiatan ekonomi dunia sejak akhir abad-20 telah mengalami pergeseran dari Poros Atlantik ke Poros Asia-Pasifik. Untuk pertama kalinya sejak permulaan abad ke -16, konsentrasi global perekonomian dunia tidak lagi ditemukan di Eropa, bukan juga Amerika, melainkan di Asia. Beberapa pemikir Geopolitik dari Eropa dan Amerika menyebut pergeseran ini sebagai ”the end of the Atlantic era”. [2] Ini juga didukung oleh pandangan Robert D. Kaplan, dimana menurutnya fokus analisa geopolitik telah bergeser dari Eropa ke Asia. Hampir 70% total perdagangan dunia saat ini berlangsung diantara negara-negara di Asia-Pasifik.
Setiapkali kapal perang Angkatan Laut AS membom Irak atau Afghanistan, mereka sering melakukannya dari Samudera India. Angkatan udara AS menjaga Irak dan Afghanistan dari pangkalan di Teluk Persia dan kepulauan Diego Garcia, yang letaknya tepat di tengah Samudra Hindia. Sebagaimana diurai dalam keterangan-keterangan dalam 'World Fact Book CIA" bahwa Samudra Hindia adalah sebuah "major sea lane" yang dilintasi 90°/o barang-barang perdagangan dunia sebagai berikut : [3]
“...The Indian Ocean is a critical waterway for global trade and commerce. This strategic expanse hosts heavy international maritime traffic that includes half of the world's containerized cargo, one third of its bulk cargo and two third of its oil shipment. Its waters carry heavy traffic of petroleum and petroleum products from the oilfields of the Persian Gulf and Indonesia, and contain an estimated 40% of the world's offshore oil production. The Ocean features four critically important access waterways facilitating international maritime trade - the Suez Canal in Egypt, Babel-Mandeb (bordering Djibouti and Yemen), Straits of Hormuz (bordering Iran and Oman), and Straits of Malacca (bordering Indonesia and Malaysia). These 'chokepoints' or narrow channels are critical to world oil trade as huge amounts of oil pass through them."
Fika MK
My Geostrategic Passion is just for Islam...
My Geostrategic Passion is just for Islam...
[1]Purbo S. Suwondo, Kajian Strategik Tentang Geopolitik Perminyakan, Jakarta 18 Maret 2008. Halaman 7
[2] Dale Walton, Geopolitics and the Great Powers in the Twenty-First Century: Multipolarity and the Revolution in Strategic Perspective, London: Routledge, 2007
[3] Robert D. Kaplan, Center Stage for the Twenty-first Century, Power Plays in the Indian Ocean
No comments:
Post a Comment